/ Menjadi Penyair

Kematian Ibunda, Jadilah Saya Seorang Penyair Lasman Simanjuntak

No. 016
Kematian Ibunda, Jadilah Saya Seorang Penyair
Lasman Simanjuntak
Jakarta, Kamis 30/3/2023,-

Bagaimana proses kreatif saya-dalam menulis puisi- yang pada akhirnya menjadi seorang penyair sejak tahun 1980 sampai tahun 2023 ini.
Kematian ibunda akibat penderitaan penyakit kanker saaat masih duduk di bangku SMP pada tanggal 9 Mei tahun 1976.
Kematian ibunda tercinta ini telah membuat saya stress, frustasi, dan duka cita berkepanjangan.Nyaris setahun saya sering melamun, mengurung diri, pendiam jarang berbicara dengan lingkungan sekitarnya, termasuk di sekolah.
Dari sinilah saya pertama kali tergerak untuk menulis puisi saat duduk di bangku SMP kelas II.Pada bln Juli tahun 1977 untuk pertama kalinya puisi saya berjudul IBUNDA dimuat di ruang sajak anak-anak pada Harian Umum KOMPAS.
Bagaimana saya tahu bahwa puisi saya dimuat di Harian Umum KOMPAS ?
“Lasman, di kantor kepala sekolah ada kiriman wesel untuk kamu.Coba ambil sana,” kata guru bahasa Indonesia saat saya sekolah di SMPN 85 di Jln.Wijaya Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Bukan main senangnya saya mengetahui puisi saya dimuat di ruang sajak anak-anak Harian Umum KOMPAS dengan honor (saat itu) Rp 750,- (tujuh ratus lima puluh rupiah).Sampai hari ini kliping koran tersebut masih saya simpan dengan baik di perpustakaan pribadi.
Kematian ibunda tercinta telah mengiinspirasi dan memotivasi saya untuk terus bersemangat menulis puisi. Saat duduk di bangku SMA dan kuliah di Sekolah Tinggi Publisistik (STP-Jakarta) karya puisi saya terus mengalir antara lain dimuat di Harian Umum MERDEKA, SUARA KARYA, BERITA YUDHA, POS KOTA, MEDIA INDONESIA, TERBIT, Skm.SIMPONI Skm.ANGKATAN BARU Skm.INTI JAYA , Majalah HAI, DEWI, NOVA, MONALISA, ANEKA RIA , VARIA NADA, dan masih banyak lagi.
PENYAIR DARI KAMPUS STP
Saat saya kuliah di Sekolah Tinggi Publisistik (STP/IISIP) di Gedung Kanisius Menteng Raya dan Lenteng Agung (angkatan 1981-red) mulailah saya “berkenalan” dengan sejumlah penyair kampus seperti Arief Joko Wicaksono, Isson Khairul , Humam S. Chudori , Harianto Gede Panembahan, dan masih banyak lagi.
Saat bekerja sebagai reporter Majalah Remaja “Monalisa” saya bersama Penyair Wahyu Wibowo, Naning Pranoto, dan Nadjib Kartapati Z sempat membuka rubrik puisi.Hanya sayang.majalah ini tak bertahan lama.Bangkrut !
Dan, saat menjadi wartawan Harian Umum “Sinar Pagi” (1986-1996) dan wartawan Harian Umum “Mandala” ( 1996- 1999 pada perwakilan di Jakarta) saya tetap terus menulis puisi (manuskrip) dan masih sempat beberapakali puisi saya dimuat di Harian Umum “Jayakarta”.
Sayang, banyak kliping karya puisi saya “hilang” ditelan air banjir Kali Krukut (anak Kali Ciliwung) di kawasan Jln.Rengas Kebayoran Baru dan Jln.Antena 6 Radio Dalam Jakarta Selatan.
Pada bulan Juli tahun 1997 buku antologi puisi saya TRAUMATIK (yang pertama) diterbitkan oleh penerbit CV.Gita Kara dengan editor Penyair Ayid Suyitno PS dengan juga ‘berkonsultasi’ bersama Penyair Nanang Ribut Supriyatin.
Kemudian pada tahun yang sama terbit buku antologi.puisi tunggal ke-2 berjudul KALAH ATAU.MENANG yang diterbitkan oleh SASTRA KITA JAKARTA.
Disusul penerbitan buku antologi puisi tunggal BRRCUMBU DENGAN HUJAN (2021-penerbit The First On-Publisher in Indonesia).
Selanjutnya buku antologi puisi tunggal MATA ELANG MENABRAK KARANG (2021-penerbit Cakrawala Satria Mandiri). Lalu TIDUR DI RANJANG PETIR (2021-diterbitkan oleh CV.Megalitera).Serta RUMAH TERBELAH DUA (2021, penerbit CV.Poiesis Indonesia).
Puji Tuhan, empat buku antologi puisi saya sepanjang tahun 2021 lalu diterbitkan oleh penerbit swasta.Prosesnya dimulai saya menawarkan naskah puisi, berikut disertakan biodata, foto, kata pengantar, dan sinopsis kepada penerbit.Setelah melalui proses kurasi.yang ketat dan butuh waktu sekian bulan, pada akhirnya karya puisi saya diterbitkan secara GRATIS dengan sistem royalti.Paling saya diwajibkan untuk membeli buku hanya 10 ekslemplaar untuk nomor bukti dan untuk relasi.
"Jadi, saat ini untuk penerbitan buku antologi puisi tunggal ada melalui jalur mandiri (biaya sendiri) dan melalui jalur diterbitkan secara GRATIS,” kata saya ketika Penyair Nanang R Supriyatin bertanya kepada saya mengenai proses penerbitan buku antologi puisi tunggal saya saat rehat perayaan Hari Puisi Indonesia (HPI) ke-10 di depan pelataran Teater Kecil TIM Jakarta, Selasa sore (26/7/2022).
Pada hari ini (Kamis, 30 Maret 2023) )-mohon doa restunya-saya tengah mempersiapkan penerbitan buku antologi puisi tunggal ke-8 berjudul MEDITASI BATU.Puji Tuhan, sudah ada beberapa penerbit yang bersedia menerbitkan buku antologi puisi tunggal ini.
Sementara untuk buku antologi puisi bersama para penyair seluruh Indonesia, karya puisi saya ada termuat di 20 buku antologi puisi bersama.
Sebanyak 7 buku antologi puisi tunggal saya oleh penerbit telah diserahkan ke Perpustakaan Nasional di Jln.Salemba Raya Jakarta Pusat serta Pusat Dokumentasi Sastra (PDS-HB.Jassin). Saat pandemi covid dan revitalisasi Taman Ismail Marzuki (TIM), saya minta bantuan (via telepon) kepada rekan Penyair Ritawati Jassin .
Sungguh suatu yang menggembirakan pada Juli tahun 2012 hampir setengah halaman koran di HU.Seputar Indonesia (SINDO) edisi minggu memuat beberapa karya puisi saya.Dan, sampai hari ini juga (30/3/2023) karya puisi saya telah dimuat di 25 media cetak (koran dan majalah), serta 72 media online (website).
logo-lumbung-puisi-20