/ Menjadi Penyair

Pengakuan Mengapa Menjadi Penyair, Dedi Wahyudi

007:
Pengakuan Mengapa Menjadi Penyair
Dedi Wahyudi
Akhir Desember 2015 merupakan momen mengenal puisi. Disebabkan ditolak dua makalah oleh penilai angka kredit untuk kenaikan pangkat bagi seorang guru. Dengan mengikuti kegiatan menulis puisi antologi Sudut Kotaku. Judul puisi pertamaku " Karimun Kota Kelahiranku". Yang mempertemukan saya dengan penyair Paulus Heri Hala dalam sebuah kegiatan puncak Gerakan Seribu Guru Se ASEAN Menulis Puisi tahun2018 di Sasono Langen Budoyo TMII yang diselenggarakan oleh Perkumpulan Rumah Seni Asnur. Dengan puisiku diterima dan ada nama di buku puisi itu merupakan kepuasan batin yang tak bisa dinilai dengan apapun. Alhamdulilah mendapat piagam penghargaan dari Bapak Bupati Karimun. Dari tahun 2016 hingga kini tetap berkarya buku puisi tunggal dan antologi puisi bersama. Sebagai pembuka keran untuk membangkit batang terendam dalam sastra terutama puisi alhamdulilah rekan rekan saya sudah banyak yang menulis puisi. Suka duka pasti ada. Ada buku yang tidak terbit meskipun sudah dibayar. Saya tetap menulis puisi berbagai genre. Hasil tidak mengkhianati proses. Beberapa kali menjadi kurator, dan juri membaca puisi tingkat pelajar, dan guru. Pernah menjadi peserta lomba membaca puisi. Sampai tulisan ini dibuat, puisi tetap hadir di dalam tubuh ini. Meminjam judul lagu Kla Project " Tak Bisa Ke Lain Hati" dan "Terpurukku Di Sini".
Karimun, 30 Maret 2023
logo-lumbung-puisi-36