/ LOMBA PENYAIR CIPTA PUISI 2025

(054) Makan Gratis Bergizi Mimpi atau Nyata, Hafney Maulana

Makan Gratis Bergizi Mimpi atau Nyata
Hafney Maulana

Makan gratis bergizi, mimpi atau nyata? Di negeri ini, kelaparan masih nyata
Anak-anak kelaparan, masa depan tergadaikan. Gizi buruk merajalela, potensi bangsa terancam
Perut keroncongan, mimpi jadi santapan. Di negeri makmur, gizi buruk merajalela.
Anak-anak kelaparan, masa depan tergadaikan.[1]
Program digulirkan, janji manis diumbar. Tapi, apakah cukup hanya dengan program?[2] Struktur sistem yang rapuh, akar masalah tak terpecahkan. Korupsi merajalela, anggaran lenyap sia-sia.[3]
Bukan hanya soal kenyang
Tapi juga rasa sayang
Berbagi rezeki, berbagi kebahagiaan
Dalam setiap suapan
Makan gratis bergizi, solusi atau tambal sulam?
Kita perlu lebih dari sekadar program makan siang. Pendidikan gizi, penting untuk jangka panjang. Agar masyarakat sadar, betapa pentingnya gizi seimbang.[4]
Pertanian lokal digalakkan, produksi pangan meningkat. Distribusi merata, harga terjangkau. Koperasi petani tumbuh subur, kesejahteraan merata. Ini baru disebut kedaulatan pangan sejati.[5]
Makan gratis bergizi, mimpi yang harus kita wujudkan. Bukan hanya untuk anak-anak, tapi untuk semua. Dengan kerja sama, gotong royong, dan inovasi. Kita bisa wujudkan Indonesia yang bebas dari kelaparan.
Mari berbagi, mari peduli
Bukan hanya memberi makan gratis hari ini
Tapi juga memberi solusi
Agar semua bisa makan tidak sekedar ilusi
2025

Catatan Kaki:
[1] Data WHO menunjukkan bahwa angka stunting di Indonesia masih tinggi, padahal merupakan ancaman serius bagi tumbuh kembang anak.
[2] Banyak program pemerintah yang gagal mencapai target karena kurangnya evaluasi dan tindak lanjut yang serius.
[3] Kasus korupsi dalam proyek-proyek sosial seringkali terjadi dan merugikan masyarakat banyak.
[4] Tingkat kesadaran masyarakat tentang gizi masih rendah, sehingga perlu upaya edukasi yang lebih intensif.
[5] Kedaulatan pangan penting untuk menjaga ketahanan pangan nasional dan mengurangi ketergantungan pada impor.

54
Hafney Maulana,* lahir di Sungai Luar, Kab. Indragiri Hilir, Riau. Karya puisinya telah dimuat diberbagai media massa daerah maupun nasional dan berbagai antologi antara lain: Antologi Puisi Penyair Abad 21 (Balai Pustaka, Jakarta 1996), Antologi Puisi Indonesia 1997 (KSI dan Angkasa Bandung, 1997), Amsal sebuah Patung (Yayasan Gunungan, Yogyakarta, 1997). Puisi-puisinya juga dimuat dalam Antologi Puisi Seri Sastra Tembi.net: Membaca Hujan di Bulan Purnama (2019) dan Mata Air Hujan di Bulan Purnama (2020), Para Penuai Makna (Dapur Sastra Jakarta, 2021), Seribu Tahun Lagi (Masyarakat Literasi Jember, 2021) dan puluhan antologi puisi lainnya.
*