/ LOMBA PENYAIR CIPTA PUISI 2025

(023) JANTURAN PINGGIR KALI, S. Ratman Suras

JANTURAN PINGGIR KALI
Puisi : S. Ratman Suras

hung, kala sungsang meradang
ubun-ubun terbakar siang yang garang
matahari sepenuh lingkaran
pecah dicucuk gagak rimang
terjadi wolak-walik zaman
anak-anak lapar main petak umpet
wajah layu daun lumbu
nabuh kecrekan nadah recehan
di simpang empat metro yang sumuk
digaruk satu pleton petugas gabungan
tamu negara akan lewat mau ngasih utang
hung, aku lapar. teriak mereka
gizi buruk, kali busuk, cermin terkutuk
tak bisa lagi bernyanyi husale kriuk-kriuk
seperti anak-anak robicon
lahir dari ledakan mercon
laparku lapar beneran
segenggam nasi uduk sambel teri
rajangan kangkung sedikit zat besi
masuk perut jadi otak untuk saling membenci
hung, kau telah kenyang
aku tak bisa makan bangku sekolah
tak usah ditakar-takar makin parah
kau di langit penuh fantasi
aku di bumi pinggir kali basi
sungsang pada comberan kelam
bersama tikus kota yang gemuk dan kotor
sedang dirimu anak penggede
yang bisa mainkan angka-angka gaple
di laci meja kaum birokrat culas
dari luar nampak alim pake lobe
hung, aku lapar kau kenyang
laparku burung kulik terbang mendelik
melihat kali dan laut selalu berdarah
kali digaruk, laut dikeruk
semua serba misterius bagai badut
sembunyi dibalik topeng-topeng lucu
lihatlah, teman-teman senasibku
teronggok terduduk di lantai kelas
hanya karena nunggak spp tiga bulan
tak boleh duduk di kursi sekolah
semua kelas cuma ngejar rupiah
bocah gerobak yang pernah gempar
mengurus ayahnya yang tepar
sambil memunguti sampah-sampah
kota yang makin serakah
hung, di mana raja diraja yang bijaksana
tak hanya dagelan konyol
kartu-kartu gratis bagai mimis
untuk membidik agar jidat-jidat tetap klimis
setiap agenda buat bancakan
aku dan kawan-kawan senasib tak kebagian
hung, dari tepian kali yang busuk
aku tak bisa lagi bercermin
gunung, kali, ular dan lapar
gunung merindukan hujan
kali melingkari ular
ular meliuk memagar laut
laparku grojogan sewu
laparmu laut yang kehilangan rasa
hantu dimakan setan brekasan
wajahku belepotan dan hilang
wajahmu gentayangan jadi cenayang
hung, wautha laparku lapar bayang-bayang
cuma hidup di negeri wayang
usai puisi ini, ke mana singgah
cerita sang dalang?

Tanjung Anom, 170125

23
**S. Ratman Suras ** kelahiran Cilacap, Jawa Tengah, pada 08-10-1965. Mengeluti dunia puisi belajar ala otodidak. Gugur-Gunung (1997) Suluk Sunyi (2015) antologi puisi tunggalnya. Kini tinggsl di Jl. Sosial No. 659 Dsn III, Tanjung Anom, Deliserdang, Sumatra-Utara.