Jadi penyair karena hukuman, Sartikah
No. 033
Sartikah
Jadi penyair karena hukuman
Awal menyukai puisi karena hukuman seorang pembina Pramuka.
Pada waktu itu masih di sekolah dasar kls 4, saya aktif di ekstrakurikuler pramuka, saat latihan saya melakukan kesalahan, dan harus maju ke tengah lingkaran untuk menjalani hukuman ternyata harus membacakan puisi yang selama ini saya tidak mengenal sama sekali, karena dorongan teman _ teman dan tanggung jawab saya menjalani hukuman tampillah saya membacakan puisi itu.
masih teringat puisi yang saya baca berjudul " burung kutilang"
Sejak itu saya dilatih baca puisi untuk tampilan tampilan di sekolah, akhir nya saya menyukai puisi dan mulai menulis puisi sederhana yang memakan waktu banyak karena seringnya merenung dan beku, puisi pertama yang saya tulis adalah " kado untuk mama " sebagai hadiah ulang tahun mamaku.
karena kenakalan saya sewaktu sekolah waktu itu SPG, saya tidak mengerjakan tugas sekolah, kareana saya tidak menyukainya dan hukumannya membereskan perpustakaan sekolah, saat itulah saya mulai melirik buku sastra dan saya mengagumi Jalaludin Rumi dan Khalil Gibran.
Saya tidak tahu apa itu penyair, sombong sekali kalau saya menyebut saya seorang penyair. Karena saya hanya penikmat puisi.
Untuk menyalurkan hobi dalam berpuisi, saya belajar secara otodidak, tak ada latar belakang pendidikan sastra ataupun bahasa. Saya menulis puisi di buku harian setiap ada peristiwa yang menyentuh perasaan saya, dan mulai mengirimkan puisi ke radio yang dibacakan oleh penyiar kondang dari radio Ardan bang Wildan Nasution, pada waktu itu saya mengunakan nama samaran " Soka Merah"
Tahun 1991 saya bertugas di daerah terpencil tak ada sarana untuk menyalurkan hobi saya, selain mengajarkan kepada murid murid saya.
Karena saya harus beberapa kali pindah rumah dan sekolah akhirnya karya karya saya di buku harian hilang tanpa jejak.sedih sekali rasanya saya tidak punya dokumen karya yang selama ini saya tulis walau hanya puisi berupa curhatan di buku harian
Pada tahun 2014 saya mulai mengenal FB dan saya pun memberanikan diri bermain puisi di sana.
Pada akhirnya tahun 2017 seorang teman mengajak untuk menulis antologi, alhamdulilah lolos kurasi. Mulai saat itulah saya mulai aktif menulis lagi, dengan bergabung dengan komunitas SKS ( sastra kidung semilir) inilah rumah pertama saya dalam dunia sastra.
Puluhan antologi di ikuti, juga beberapa komunitas di Jawa Barat saya ikuti atas inspirasi dari teman juga, saya mulai membukukan karya dengan berdarah darah saya mulai menulis untuk buku tunggal pertama saya, karena kecanggihan medsos akhirnya saya bertemu dengan orang orang hebat yang mengenalkan saya ke dunia penyair hingga buku kedua berhasil terbit.
Teman teman yang hebat adalah rejeki dari Tuhan yang tak terhingga mereka menyarankan buku saya diikut sertakan dalam ajang parasamya susastra Nugraha dan alhamdulilah lolos, dan kemudian saya diperkenalkan dengan lumbung puisi yang menjadi rumah kedua saya.
Apakah saya seorang penyair atau pun bukan itu tak jadi masalah yang penting saya bisa menikmati puisi baik puisi teman atau pun karya sendiri.
Subscribe to Literanesia
Get the latest posts delivered right to your inbox