Daun-daun Waktu, Irawan Sandhya Wiraatmaja
IRAWAN SANDHYA WIRAATMAJA
DAUN-DAUN WAKTU
0//
“tak hilang hitungan bilangan gerimis
masih ada tersisa di pucuk daun-daun
sebelum berubah menjadi embun
bulan ini terasa semakin giris
ada rintik air yang mencium musim
dari kesenyapan rahim
yang bergeliat dan basah
menengok tubuh bumi yang gelisah
bau rerumputan ilalang menguap
ke atas langit terbuka, berbisik nyeri mengucap
jerami yang bergunduk, menyebar udara lembap
“ada geriap bayang-bayang mengikut
warna kelam dan malam yang berpagut
siapa berlari mengejar waktu yang kausebut ”
1//
akhirnya gaib gerimis tiba di bulan januari
dengan wajah pasi, tak ada ketukan di pintu
mungkin ada yang menyembunyikan waktu
atau musim bergegas membawa tubuh rindu
terasa jalan di kota-kota masih senyap
kauberdiam, jendela tertutup rapat-rapat
udara seperti bertuba, kecemasan bergantungan
di langit terbuka, - ada yang terbaring dalam nyeri
seseorang atau mungkin hanya bayang-bayang
akan menghampir ke sarang burung-burung yang telah
terbang membawa kelepak sayap dan bulu-bulu halus
akhirnya gerimis membasah di wajah januari
matanya yang redup semakin sayup
kita tak lagi bisa membagi jejak, - jalan-jalan tertutup.
2//
bulu mata ibu telah membuka seperti
warna pagi yang berbinar
aku telah menyimpannya dalam sebuah
masa silam sebagai potret rindu
yang terpajang di dinding rumah kayu
ketika kaulewat di antara lorong, jalan kecil
akan ada yang bertanya, itu wajah siapa?
samar-samar seperti mengabur dalam bayang-bayang
aku telah mencoba menerka, mungkin segumpal
cahaya di atas atap langit sebelum jam
mengembalikan suara detik pada waktu
yang diam-diam berangkat ke arah
mata angin berseberangan dengan rambu petunjuk
membawa kita pada bumi yang mengaduh dan berdarah.
3//
dari sangkarnya yang patah, burung-burung pun
melepaskan kelepak sayap-sayapnya yang kehilangan
beberapa bulu putih, ada asap-asap, ada suara-suara
yang menggetarkan hutan dan pepohonan
dan akar-akar tercerabut, tumbang di pelukan tanah
coklat memerah. ibu ya ibu menutup mata tak berkedip,
dengan air mata yang sisa, menetes dalam nyeri.
4//
di sebuah museum, ada patung yang menyerupai ibu
bertubuh coklat dengan wajah yang berbinar cahaya
lampu-lampu, sebuah kota yang terperangkap dalam
berita yang mencemaskan seluruh anak-anak
dengan kaki-kaki yang kotor, seperti terbuang dari
rumah-rumah yang kehilangan pintu, jendela
dan atap, di atasnya ada yang memanggil, bapa, bapa.
5//
ibu masih menyimpan catatan kata dan tanda
pertemuan antara cinta dan rindu
tak ada yang pasti untuk mengatakan ya
bahwa musim kehilangan daun-daun waktu
seperti jalan yang jauh di arah jejak bayang-bayang
di bawah cahaya matahari, - berbias berganti bentuk
mengikut siklus dari timur melintas ke barat
dari gairah yang muncul, menghilang di garis langit
apakah ibu masih mencintai rumah? tempat rahim yang
melahirkan kita, anak-anak yang berlarian kecil mengejar
embusan angin bersama burung-burung ke dalam
sangkar mengeram, mungkin aku lupa untuk membacakan
kalimat yang terpahat dalam kehidupan, di baliknya
ada yang kita tak paham, - masa silam yang lupa dibaca.
Biodata
Irawan Sandhya Wiraatmaja.
Buku Puisinya, Giang Menulis Sungai, Kata-kata Jadi Batu (2017) memenangkan Anugerah Puisi Utama HPI Tahun 2017. Tahun 2018 menyampaikan orasi budaya, “Puisi Sebagai Renjana dan Sikap Budaya,” dalam puncak acara HPI 2018 di TIM, Jakarta. Buku puisinya, Vu Berbilang Akar-akar Kecubung (2019), masuk 5 nominee sayembara buku puisi 2020 Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Tahun 2020 terbit buku puisinya yang ke-8, Nausea Kota Dalam Telepon Genggam (KKK). Buku puisi yang ke-9, Daun-daun Waktu (2021, KKK), masuk dalam 20 nominee sayembara buku puisi HPI 2021 dan juga pada tahun 2022/2023 untuk bukunya ke-10, Lullaby Hotel Di Mana Pintu Di Ketuk. Pemenang 1 sayembara penulisan puisi HPI 2023, dengan puisinya, “Negeri Dalam Secangkir Kopi.” Tahun 2024 buku puisinya yang ke-11, “Suluk Waktu,” menjadi salah satu dari 5 buku yang dibahas dalam Festival Sastra International Gunung Bintan (FSIGB) 2024. Puisinya dimuat lebih dari 40 media massa cetak, majalah dan surat kabar dan lebih dari 80 antologi puisi bersama. Menjadi Kepala Arsip Nasional RI (ANRI) pada tahun 2013-2019. Sebagai Anggota Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) Periode 2019-2024.
Subscribe to Literanesia
Get the latest posts delivered right to your inbox