/ puisi

25 TAHUN YANG LALU, Eryantho Kamis

25 TAHUN YANG LALU

Eryantho Kamis

Aku tau itu perbuatan heroik penjaga malam
Karena pukulan keras di tiang listrik depan rumah saat pergantian jam
Membuyarkan mimpi di ruang gelap gulita
Hanya ada setitik cahaya di luar
Menandakan pagi belum kelar dari peraduannya
Sepasang mata masih terbuka dari kantuknya
Bayang - bayang rambutmu yang terurai
Masih tergiang - ngiang di lubuk kalbu
25 tahun lalu, bukan perjalanan sunyi yang singkat
Pontang - panting jiwa raga ini melewatinya
Kerasnya benturan musim, lembutnya suara angin, dekapan yang merindu, berhujan- hujan di bawah atap museum atau mendengarkan deburan ombak pantai
Mengiringi pengembaraan selama waktu bergulir
Semua ceritera itu pernah terbuang begitu saja di keranjang sampah
Botol - botol dengan bau menyengat
Menumpuk di sudut pagar
Asap dan abu rokok kretek bertebaran di ubin teras
Serta lampu - lampu lima watt nyaris tak bersinar
Meneranggi bercangkir - cangkir kopi pahit di atas meja
Semua boleh jadi saksi
Jika pengadilan rindu menginginkan kita bertemu
Aku baru mengerti
Tiang listrik besi yang tiap subuh kedinginan
Menandai hadirmu dalam dekapan semerbak harum bunga di halaman
Kini engkau bisa tidur nyenyak di sampingku
Pengembaraanmu sia - sia jika di lalui tanpa tangis rindu
Engkau yang sekian lama hilang
Kini kembali pulang
"Aku akan membawamu dalam bingkai harapan yang baru," kataku berbisik
Aku tak tau apakah engkau bersedia mendengarnya
Rintik hujan mulai bergemuruh
Hatikupun luruh
Bekasi, 30/01/24*
*