/ Ulasan Puisi

Sedekah Bumi di Soroh Doyong Antologi Bi Yang Lana

Sedekah Bumi di Soroh Doyong Antologi Bi Yang Lana

Kejelian penyair membidik objek puisi memiliki keistimewaan yang perlu dimiliki setiap penyair. Objek puisi tentulah yang menarik dan mengundang orang Ingin tahu. Tak perlu jauh hauh membidik objek yang kadang belum kita kuasai, sedang di sekitar kita banyak yang menarik dan perlu diangkat sebagai objek puisi.
Kearifan lokal memiliki khas karena di setiap daerah memiliki budayanya sendiri-sendiri. Salah satu budaya itu terdapat di lingkungan kita yang unik dan menarik untuk dibaca. Dan setiap daerah memiliki budayanya yang berbeda-beda.
Meski demikian ke-khas-an di tempat kita tidak sama meski jenisnya.
Soroh Doyong adalah antologi penyair perempuan asal Indramayu. Bi Yang Lana yang memiliki nama aseli Toifah ini bicara tentang Sedekah Bumi, salah satu budaya di kampung kita. Sedekah bumi memiliki makna yang luas apalagi bagi masyarakat desa yang merasakan bahwa semua hasil pertanian mereka berkat bumi ini.
Tetapi puisi memiliki pesan tersendiri, sebagaimana Bi Yang Lana mengangkat kearifan lokal sebagai judul puisi.
Mari kita lihat Sedekah Bumi dalam Soroh Doyong ini. :

Sedekah Bumi

//Di siang garang memanggang
Cahaya matahari bertengger di ujung-ujung jerami
Lamat, lafadz-lafadz mantra yang melangit
Para tetua adat
Berbaur dengan kixauan burung
Dan renyah canda bocah bicah
Yang menunggu sesaji gunungan nasi tumpeng dibagikan
Diantara rekahan pematang yang mulai menguncup
Terjahit rintik semalam. /

/... //

Dari penggalan puisi tersebut Bi Yang Lana mampu merekam semua apa yafa dalam sedekah bumi dengan baik. Bait pertama dari dua Bait ini memberi penerang. Pilihan kata yang baik dan terencana menjadikan puisi ini memiliki makna dan penuh apresiasi. Jadi di lingkungan kita sendiri sebetulnya bisa ditoreh menjadi puisi yang apik.
(Rg Bagus Warsono)*
1c2fe7a5-a543-4afb-8f88-db7fdec8a671-74
*