/ Ulasan Puisi

Ulasan Puisi 100 Chairil Anwar Masa Kini , Rg Bagus Warsono

Ulasan Puisi 100 Chairil Anwar Masa Kini

KEPADA CHAIRIL ANWAR

Bagaimana seorang penyair menatap hidup dirinya dan pembandingan dengan Chairil Anwar dipadu situasi masa kini diketengahkan oleh Wawan Hamzah Arfan, penyair kawakan yang menetap di Cirebon ini. Judulnya ditujukan kepada Chairil Anwar. Ia nyatakan bahwa di masa ini gejolak Chairil tak perlu diungkapkan baginya hidup tak perlu ngoyo dan tetap menjalani dengan kemampuannya yang ia pasrahkan Kepada Allah. Agaknya Wawan Hamzah Arfan sengaja memberikan suri tauladan kepada yang muda bahwa hidup perlu dihayati. Dalam bait terkhirnya ketara bahwa ia menyadari tantangan dalam hidup ini. 

Kuingat Sebuah Nama
Bagaimana seorang penyair menoreh tintanya dalam waktu singkat adalah Joko Kahhar, penyair senior Indonesia asal Yogyakarya ini. Tentu tentang Chairil Anwar. Ia katakan bahwa puisi yang kuat akan ditemukan dalam kertas usang yang berlubang. Artinya akan ada orang lain yang membaca bahwa puisi kita itu hidup walau kadang terlantar atau terbuang. Hidup puisi itu puisilah yang membawanya.

Joko Kahhar

Kuingat Sebuah Nama
Di lipatan kertas usang sebagian robek dan berlubang/
Kubaca larik-larik kalimat bersajak/

.....

Aku sekarang api aku sekarang laut/
Bung Karno! Kau dan aku satu zat satu urat/
Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayar/
Di uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak & berlabuh/
(1948)

Lalu kuingat sebuah nama: Chairil Anwar/
Binatang jalang dari kumpulannya terbuang//
Yogyakarta, 26 Juli 2022

Dengan Puisi
Mari kita lihat puisi Anisah Effendi, penyair Cirebon yang aktif namun nyaris tak terlihat wajahnya. Sebetulnya sisi yang diambil cukup indah. Ada mengungkapkan manfaat puisi dan juga tentang puisi Chairil Anwar. Baitnya yang terakhir tampak memberi kesimpulan bahwa dengan puisi memiliki semangat hidup. Sayang Anisah kurang melebar serta kosa kata yang minim sehingga puisi ini pendek. Namun demikian puisi adalah puisi apa pun yang ditulis bagi seorang penyair memiliki maksud tersendiri oleh penyairnya.

Anisah Effendi
Dengan Puisi
(Mengenang Chairil Anwar)
Cinta dan doa kau lantunkan dengan puisi
Amarah dan kecewa kau tumpahkan dengan puisi
Sunyi dan sepi kau lukis dengan puisi
Luka dan duka kau bawa berlari dengan puisi
Dengan puisi pula
Kau menjaga jiwa dan menjaga Indonesia
Darimu aku temukan
Semangat hidup
Seribu tahun lagi
Cirebon, 26 Juli 2022

Bambang Widiatmoko adalah sastrawan akademika yang tak asing lagi di Indonesia sejak tahun 1980-an. Kali ini memberikan puisinya yang sangat apik yaitu sebuah percakapan ruang batin. Adalah gaya Bambang Widiatmoko dalam puisi imajenernya dengan Chairil Anwar. Tampak puisi ini memberikan nuansa gambaran Chairil di saat masa-masa perjuangan dulu. Pemuda kurus kerempeng yang meyakinkan bahwa Chairil seorang pejuang meski hanya dengan aksara. Dalam puisi itu pula Chairil berkata aku kumbang aku kembang, sebuah baris yang memiliki makna tersirat. Baris baris metafora puisi Bambang memang luar biasa. Pada ia memandang gambar-gambar baliho yang kini terpasang sepanjang jalan Cikini Raya dan pada saat itu pula bayangan Chairil menghilang seakan dia berkata bahwa "Taman punya kita berdua", yang artinya tidak saja pada diri penulisnya (Bambang Widiatmoko) tetapi juga siapa saja yang membacanya. Jempol untuk Mas Bambang Widiatmoko .

Bambang Widiatmoko

Percakapan Ruang Batin
Dalam pertemuan yang tak perlu dicari tanggal dan tempatnya
Namun telah menjadi napas dalam jiwa bersama
Kita selalu bercakap dalam ruang batin
Tentang semangat yang tak pernah padam
Dan sambil menepuk dada ramping menonjol tulang
Engkau berseru “Aku ingin hidup seribu tahun lagi.”
Kita tentu tak peduli semesta tertawa
Membaca hidup yang dipenuhi metafora
Tapi aku selalu suka, karena itu semangat yang kita miliki
Dan tetap terjaga di sudut jiwa
Seperti saat bertempur tapi tak membawa senjata
“antara Krawang – Bekasi”
Namun engkau tetap memiliki dan meyakini
“Berselempang semangat yang tidak bisa mati.”
Atau kita akan menjadi bagian dari takdir
“Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.”
Kita memang sesama pejalan malam
Menyusuri sudut-sudut jalan dan berhenti di persimpangan
Mencari kata-kata yang terbang bersama kelelawar
Lalu dalam percakapan ruang batin engkau berkata
“Kau kembang, aku kumbang
“Aku kumbang, kau kembang.”
Entahlah, telah memasuki perjalanan usia seabad
Sajak-sajakmu tetap mengikat kuat
Lalu sambil terbata-bata engkau berucap
“Hidup hanya menunda kekalahan.”
Di persimpangan jalan kita berpisah
Namun dalam percakapan ruang batin terasa menjelma
Sajak-sajakmu tertulis di baliho sepanjang jalan Cikini Raya
Dan ketika aku memasuki halaman Taman Ismail Marzuki
Mulutku tercekat, kulihat bayangan tubuhmu sekelebat lewat
Ah, benarkah? “Taman punya kita berdua.”
2022
Aku Seperti Bukan Aku
Kutemukan puisi dari banyak puisi-puisi 100 Chairil Anwar Masa Kini yang menarik. Kali ini adalah Erndra Achaer perempuan penyair asal Banjarnegara. Judulnya sangat menarik dan memiliki magnet untuk dibaca. Seseorang dalam perjalanan hidupnya memiliki cerita sendiri-sendiri. Bagaimana membagi cerita diri agar dinikmati orang lain melalui puisi.Pilihan judul Aku Seperti Bukan Aku memberi kesan bahwa penyair ini sudah sudah pandai memberi nama judul. Bait pembuka dan kedua memberi kisah diri. Yang mengundang pembaca untuk membaca seterusnya. Sayang sekali Erndra Achaer menepis cerita diri dengan mengalihkan alur puisinya pada bait

//.../Lihatlah
Ada banyak cerita
Tentang bocah-bocah malang
Tercekam ancaman
Tak sedikit impian pupus
Dicekal bius nafsu/..// .

Namun pada bait penutupnya kembali bercerita diri. Sungguh pun demikian puisi ini tetap menawan untuk dibaca.

Percakapan Malam
Chairil adalah fenomena, bicara Chairil Anwar tak ada habisnya. Bagaimana seorang penyair memandang Chairil bagaimana kedekatan dengan tokoh itu dibangun. Dalam Percakapan Malam karya Khalid Alrasyid tentang Chairil Anwar disampaikannya bahwa sosok pujangga Angkatan '45 itu menjadi pesona bagi siapa saja yang membacanya. Disampaikannya bahwa puisi-puisi Chairil begitu abadi sepanjang masa. Pada baris-baris terakhir puisi Khalid Alrasyid melihat kenyataan yang terjadi sekarang ini.

//../lihatlah rintik-rintik yang pasrah berjatuhan
menjadi ketentuan waktu
dari isyarat yang lindap
saat kata-kata kau sembunyikan dalam gela//.

Dada Cahaya Chairil Anwar
Ini puisi Rissa Churria perempuan penyair penuh talenta asal Bekasi tak ketinggalan memuji Chairil. Banyak kata dan kosa kata indah untuk memuji Chairil bahkan memperingatinya dengan banyak acara. Termasuk Rissa Churria juga . Namun ada istimewanya puisi ini yakni dalam bait :

//.../Aku merapal doa
Sembari menyusun sajak untukmu
Meski hanya seuntai fatihah
Sebaris shalawat tak bersyahwat
Yang aku tulis pada dinding langit Tuhanku/...//

Yakni sebuah kiriman doa kepada Sang Chairil yang ada di sana. Rissa mengingatkan kita bahwa ujud terima kasih tak lain bagi orang tlah tiada adalah kiriman doa. Ini menjadi cermin pembaca bahwa kelak kita pun ada yang mendoakan . Amien.

Abad Berlari Penyair Bersyair
Rosyidi Aryadi, penyair kelahiran Banjarmasin yang tingal di Palangkaraya ini masih sempat juga mengirim puisi di Lumbung Puisi. Rosyidi demikian mengutarakan dalam puisinya Abad Berlari Penyair Bersyair. Ia hendak menyampaikan bahwa kita beda zaman dengan zaman Chairil. Tetapi Rosyidi Aryadi mengungkapkan bahwa tak ada salahnya kita mengusung di Hari 100 Tahun Kelahiran Chairil. Baginya penghormatan terhadap pujangga angkatan'45 itu untuk mendapatkan bertkah kita. Sebuah kebijaksanaan yang luar biasa dimiliki Rosidi Aryadi. Dalam bait terakhirnya sebuah amanat bagi kita semua para penyair bahwa kita menengok diri kita kembali, untuk mencari jati diri , demikian bait terakhir itu:

//..../Bangkit dan bergerak menapaki jalan puisi mengurai kepekaan jiwa sambil.menyimak pertobatan nasuha.

Perjalanan penuh liku luka semesta berpagar niat berbagi kata sembari meratapi jati diri.//

Depan Makam Chairil
Masih Tentang Chairil Anwar, kali ini Penyair Cianjur Ence Sumirat menorehkan puisinya berjudul "Depan Makam Chairil" . Ence Sumirat melukiskan bagaimana Chairil menjadi sosok penyair yang dihormati hingga kini yang sudah seabad lamanya. Bahkan batu nisannya tetap dipelihara oleh kita semua sebagai penghormatan kepada pujangga angkatan '45 itu. Disana Chairil yang berbaring di keabadian itu terus menghembuskan aroma perjuangannya dimasa Chairil hidup. Ence Sumirat melukiskan betapa sosok Chairil begitu besar pengaruhnya dalam perkembangan puisi di Indonesia. Pada baris baris puisinya menegaskan bahwa puisi-puisi Chairil Anwar terus hidup. Bahwa perjuangan Chairil lewat puisi menjadi nafas perjuangan kita semua penyair Indonesia.

Puisi pendek Ence Sumirat tampak padat dan apalagi Depan Makam Chairil.

Ence Sumirat
Depan Makam Chairil
Tanah merah masih tetap basah
Saat jutaan doa tumpah ruah
Pancang nisan berdiri kokoh bertahan
Dalam aroma pekat kerinduan
Seabad sudah
Terbaring pejuang kata
Yang takhenti menghunus cinta
Menjaga marwah manusia
Genap bakti usai menderma
Bersama keagungan jiwa
Di keabadian
Tuhan telah janjikan
Rumah puisi hakiki kemerdekaan
Seperti yang sering ia dengungkan
Pada setiap napas perjuangan
Cianjur 26 Juli 2022

Membaca jejak Chairil
Senada dengan yang lain, Erwan Juhara Penyair asal Bandung juga menuliskan puisinya tentang Chairil. Erwan menyoroti jejak pujangngga angkatan '45 itu dalam puisinya sehingga ia mengenalnya. Tentu juga disuguhkan bagi pembaca puisi Erwan Juhara ini. Pada baitnya yang pertama ditatapnya puisi Chairi di masa ini, di masa transisi ini. Dan selanjutnya ia uraikan betapa puisi Chairil Anwar memiliki sarat perjuangan hinga puisi-puisinya itu menjadi prasasti sejarah bangsa ini.

Puisi pendek yang sarat puisian terhadap puisi-puisi Chairil Anwar, demikian Erwan Juhara memotret puisi Chairil menjadi sebuah puisi.

Pada Sebuah Nama
Mari kita lihat puisi Karya Warsono Abi Azzam. Penyair Cilacap ini juga masih tentang Chairil Anwar. Meski tak disebut nama Chairil, jelas Pada Sebuah Nama itu untuk Chairil Anwar. Hal ini dari cuplikan kata puisi Chairil yang diambil untuk puisi tersebut. Warsono Abi Azzam menyampaikan lewat puisinya bahwa puisi-puisi Chairil memberi motivasi penyair masa kini. Bagunya puisi Chairil memberi peringatan agar kita tak menjadi binatang jalang dan yterbuang. Pada ujung puisi ini Ia pun menyampaikan doa untuk sebuah nama penyair itu: Chairil Anwar.

Warsono Abi Azzam

Pada Sebuah Nama

Pada sebuah nama
yang darinya ku warisi
geletas semangat
untuk hidup seribu tahun lagi
karya literasi
membumi
mengabadi
biar tak sekali berarti sesudah itu mati
Diksi-diksi bernas berisi
bertumbuh semi
deras mengalir
dari generasi ke generasi
biar tak jadi binatang jalang
dari kumpulannya terbuang
Terlantun doa panjang
untuk abadinya sebuah nama
: Chairil
Cilacap, 26 Juli 2022

Warsono Abi Azzam, nama pena dari Warsono, M. Pd adalah guru Matematika penyuka dan penikmat sastra. Telah menerbitkan 5 buku solo puisi, 2 buku solo pentigraf, dan puluhan buku antologi puisi, cerpen, cernak, pentigraf. Dapat dihubungi melalui WA 081642937101, surel: [email protected] instagram: @warsonoclp

Jika Aku Boleh Bicara
Maki kita simak puisi Karya perempuan penyair asal Bekasi , Tarni Kasanprawiro. Jika Aku Boleh Bicara. Membandingkan karya Chairir dan 100 Chairil Anwar Masa Kini. Tentu kata Arifin Brandan beda peradaban. Namun demikian puisi kadang memiliki tujuan yang sama bagi penyairnya. Tarni Kasanprawiro hendak mengungkapkan isi hatinya. Judulnya memberi penerang isi bahwa ada belenggu dalam dirinya. Bait pertamanya menceritakan kesan diri yang begitu panjang. Namun juga menyadari kodratnya sebagai manusia seperti pada bait kedua.

Pada bait terakhirnya optimesme pun dibangun dan tegas, seperti baris bagusnya ini :

;;.../...terselip sudah di lipatan buku-buku purba
yang konon katanya, tanpa mereka
dunia akan kiamat, segera//

Agaknya Tarni Kasanprawiro mengambil keputusan bahwa bukan berarti tak boleh membaca karya sastrawan terdahulu tetapi kita harus berani membuat sesuatu yang baru, yang tak seperti dulu agar bermakna.
(Rg Bagus Warsono, curator sastra di Lumbung Puisi)
358488237_6359306980812346_7889602517773612437_n