/ Artikel Sastra

RgBagus Warsono, Sang Pelindung Sastra (bagian 3) Oleh: Wawan Hamzah Arfan

RgBagus Warsono, Sang Pelindung Sastra (bagian 3)
Oleh: Wawan Hamzah Arfan
Atas dasar itulah saya serahkan dokumen berupa kliping sastra kepada RgBagus Warsono, dengan tulus. Juga Sisa seperempat dokumen sudah saya serahkan semua pada saat kunjungan berikutnya ke Lumbung Puisi. Bukan hanya itu, kliping tulisan dan puisi karya saya pun diserahkan ke RgBagus Warsono. Termasuk Skripsi saya yang berjudul "Nilai Reliji dalam Puisi Sutardji Calzoum Bachri Pasca O, Amuk, Kapak" saya serahkan juga.
Setelah dokumen berupa kliping saya serahkan semua, beberapa bulan kemudian lahirlah buku "Setyasastra Nagari" yang berisi 30 tahun kesetiaan sastrawan terhadap sastra Indonesia. Artinya, dalam hal ini saya tidak salah sasaran menyerahkan dokumen kliping kepada RgBagus Warsono. Tentu saja saya secara pribadi ikut senang ketika dokumen yang saya kumpulkan selama hampir 30 tahun tidak sia-sia, bisa bermanfaat bagi dunia sastra Indonesia. Tanpa sentuhan tangan dan ide-ide liar RgBagus Warsono, setumpuk dokumen sastra yang saya miliki hanya sebagai barang rongsokan semata Tapi lewat sentuhan kreatif RgBagus Warsono menjadi sesuatu yang sangat bermakna.
Berikut ini saya kutip pernyataan RgBagus Warsono setelah menerima dokumen saya, yang dimuat dalam
BERITABUANA.CO, INDRAMAYU ;
*Dengan diserahkannya bukti klipping karya sastrawan Indonesia 1980-2000 oleh Mas Wawan Hamzah Arfan pada Lumbung Puisi adalah kebanggaan bagi Lumbung Puisi dengan dokumentasi asli terlengkap se Indonesia. Ribuan karya sastra dan artikel sastra dari ratusan penyair se Indonesia semua ada di Lumbung Puisi.
Tetapi dibalik kebanggan itu adalah beban dan tanggung jawab yang sangat berat untuk mengamankan barang berharga ini. Ada dua kemungkinan penyimpanan dokumen itu yakni Perpustakaan atau Museum Puisi yang sederhana namun dapat dituju oleh siapa saja.
Dari ribuan klipping itu sebetulnya bisa dibuat ribuan buku baru yang menarik. Karena itu kelak jika sudah tertata rapih kami harus dapat menerima kunjungan sastrawan se Nusantara apabila memerlukan copi dan foto kliping tersebut.
Semoga semua ini diridhoi yang Maha Kuasa, amien,” kata Rg Bagus Warsono, Rabu (10/2-2021) pagi.".
Dari pernyataan RgBagus Warsono di atas, saya dapat menarik kesimpulan bahwa Ia benar-benar siap untuk mempertangung-jawabkan semua dokumen yang saya berikan untuk kepentingan dunia sastra. Satu hal yang membuat saya berdecak kagum dan angkat topi pada RgBagus Warsono adalah pengorbanan yang sangat luar biasa. Sebagai contoh, dalam mengadakan event untuk penerbitan Antologi Puisi bersama selalu berjalan dengan lancar. Padahal dalam menerbitkan sebuah antologi bersama butuh tenaga, pikiran, dan waktu yang tersita, apalagi dikerjakan sendiri. Butuh keuletan khusus dari sebuah ketulusan yang utuh. Belum lagi menyangkut masalah finansial, butuh modal yang tidak sedikit. Juga, ketika buku antologi sudah terbit, masih ada kendala, yaitu tidak semua peduli untuk ikut sumbangsih sebagai pengganti ongkos cetak. Namun RgBagus Warsono tak pernah mengeluh, walau banyak yang tidak membelinya. Sepengetahuan saya, RgBagus Warsono ketika mengkordinir dalam pembuatan antologi bersama tidak pernah mewajibkan untuk membeli buku apabila karya seseorang dimuat. Sebagai mana kita ketahui, di setiap event apapun yang kaitannya dengan penerbitan buku antologi, peserta wajib beli buku jika karyanya dimuat.
Bagi RgBagus Warsono hal itu tidak berlaku, prinsipnya adalah kesadaran.
(bersambung)
230969351_6281359261881880_1495240600800472708_n