/ puisi

Mantanku Bukan Mantanku, S Ratman Suras

S Ratman Suras

Mantanku Bukan Mantanku

Rindu yang hendak aku tuang
Ke dalam piala hatimu yang pualam terbakar
Gelora apinya berkobar-kobar
Berasapkan cemburu
Buta perih pedhut di mataku
Aku gramakan, meraba-raba dalam hitam
Dalam anganku, wajahmu seputih awan
Berarak-arak pada seluas langit cintamu
Wangi kembang suarga
Engkau adalah bidadari ku
Menunggu di atas kasur babut
Berselimut munajat kepada yang serba maha
Maha rindu, maha cinta, dan maha cemburu
Rindu yang aku genggam
Belum sempat tertuang
Engkau pergi mengunci hati
Bukan karena benci
Pada khayalku, engkau adalah kembang
Yang belum mekar, manisku kenanganku
Empat puluh tahun berlalu
Setiap episode-episode hidupku
Aku selalu menyebut-nyebut wangimu
Cantikmu, kepintaranmu, lincahmu
Bayang-bayangmu
Selalu hidup pada luasnya
Tanah cintaku yang setiap detik perdetik
Selalu berdetak
Menumbuhkan kecambah-kecambah
Renjana bersulur-sulur
Sampai membelit dada ini
Aku kehilangan
Aku linglung
Aku gandrung
Aku keyungyun
Aku mentok
Aku mabuk
Aku gemblung
Aku gila
Aku edan
Aku kenthir
Rindu yang kuasah belum juga tajam
Majal, tumpul, aku terpukul
Aku laki-laki yang tak dapat
Cinta sejati, cinta pertama
Entah cinta apa?
Monyet, kadal, biawak, atau buaya?
Sebelum nafas ini oncat dari ragaku
Aku harap bisa ketemu
Sekedar mendengar suaramu saja
Sudah cukup bahagia
Rindu yang aku rangket
Belum sempat lengket
Mantankiu bukan mantanku
Sebab engkau selalu hidup
Pada gemuruh laut dadaku
Tanjung Anom 070124