/ puisi

Bukankah Bibir Merah Jambu Itu Masih Milikku?, Sulistyo

Bukankah Bibir Merah Jambu Itu Masih Milikku?

                                    : Rosari Dewi

Seperti katamu dua puluh tujuh tahun lalu, seusai tanpa sengaja kusentuh bibirmu, "Bibir merah jambu ini akan selalu menjadi milikmu, simpan rapat sampai kita sekarat."
Aku ternganga, secepat kilat langsung kudaratkan ciuman nekat
Spontan kita saling dekap
Terkaget kerasnya bel keparat, mengakhiri jam istirahat
Tahukah kau, hingga detik ini, sengaja kalender dua puluh tujuh tahun silam tak kuganti
Jarum jam di dinding pun kubiarkan diam, tepat di angka saat kita akhiri pertemuan
Agar mereka selalu mengingatmu
Seperti aku, walau tak pernah kukabarkan padamu, tapi kau pasti tahu, semua tentangmu akan selalu tersimpan rapat hingga kiamat
Tentang seribu warna senja yang setia menemani kita bercengkerama bersama
Tentang rintik hujan yang kerap kita ajak bernyanyi Obladi Oblada sambil berlarian di sepanjang hamparan pasir pantai marina
Tentang bulan sabit yang kesakitan menjerit saat kita cubit karena selalu mengintip
Ah, sudahlah, biarlah sisa kenangan itu membatu, di tengah dunia yang melaju memburu waktu
Akan kuselipkan kembali cerita bersamamu dalam lembaran buku yang kau hadiahkan kepadaku menjelang perpisahan dulu
Biar saja tersimpan
Sampai mata ini terpejam

Jakarta, 30 Januari 2024