/ LOMBA PENYAIR CIPTA PUISI 2025

(015) AMBISI DIBAYAR MAKAN, Dahta Gautama

AMBISI DIBAYAR MAKAN
Dahta Gautama

Apakah hanya dengan makan, manusia sanggup hentikan lapar?
Makan gratis di sekolah, tak pernah membentuk manusia sehat secara akal.
Makan hanya sarana kunyah fana,
masuk ke mulut, melewati tenggorokan, terhenti di lambung.
Menjadi ampas dan berakhir di jamban.
Mengapa ada makan gratis di sekolah?
Apakah tak ada sarapan gratis di rumah, yang ditanak ibu atau nenek?
Ah, janji kampanye harus tuntas,
Makan gratis harus ada.
Angka-angka dibikin, dari harga telur
hingga kangkung.
Siapa yang diuntungkan? Perut atau
katering?
Padahal, untuk menghentikan lapar,
manusia mesti digerakkan.
Pikiran dijernihkan dari janji, dan otot
diberi alat untuk menggerakkan mesin.
Industri pertanian mesti dipacu,
produksi pangan wajib swasembada.
Pabrik-pabrik tidak digencet oleh
pajak yang selangit. Dan para buruh
menerima upah yang setimpal.
Makan gizi gratis.
Berada ditengah-tengah: ambisius, janji dan merendahkan marwah manusia.
* Taman Gunter, 15 Januari 2025*
*
***DAHTA GAUTAMA. *Lahir di Hajimena, Bandar Lampung, 24 Oktober 1974. Menekuni sastra sejak tahun 1990. Puisi-puisinya dimuat di koran lokal dan nasional, antaranya: Merdeka, Kompas, Media Indonesia, Jawa Pos, Republika, Koran Tempo, Lampung Post, Sumatera Post, Lampung Ekspres, dll.
Buku puisi tunggalnya: Ular Kuning (2011) dan Manusia Lain (2013). Puisi-puisinya tergabung sedikitnya dalam 42 buku Antologi Bersama.
Puisinya yang berjudul: Khimaci di Showa Kinen, masuk dalam 100 Puisi Terbaik 2008 versi Pena Kencana Award (Gramedia Pustaka) dan menerima Anugerah Sastra Pena Kencana Award 2008 peringkat 2.
Kini bekerja sebagai advokat di Kantor Hukum DG&Partners. Pernah menjabat Pemimpin Redaksi Dinamika News (2006 - 2012), Direktur NGO Badan Logistik Informasi (2008 - 2018), Redaktur Pelaksana Majalah Demokratis (2002 - 2006) dan Reporter Antv (1995 - 1998).