(077) SEMBAB, Yohanes Moeljadi Pranata
SEMBAB
Yohanes Moeljadi Pranata
Pagi itu, Darto bangun dgn perut kosong. Semalam ia cuma minum air putih. Warung nasi tempatnya biasa ngutang sudah tak mau lagi memberinya lauk. Anak istrinya masih tidur. Wajah mereka letih.
Ia keluar rumah. Berjalan cepat ke pasar. Mengais sayur-sayur sisa. Mencari nasi basi. Kadang ada. Kadang tidak. Hari ini sial. Tukang sayur sudah lebih dulu diserbu pemulung lain. Perutnya makin perih.
Siang panas. Ia duduk di trotoar. Mengelap keringat. Pikirannya kusut. Uang di sakunya cuma seribu perak. Tak cukup buat beli nasi. Belum lagi kontrakan nunggak. Anak bungsunya batuk2. Istrinya minta uang buat beli obat.
Malam datang. Darto pulang dgn tangan kosong. Di rumah, anak2nya menunggu. Istrinya diam. Matanya sembab. "Besok pasti ada rejeki," katanya lirih. Dalam hati, Darto berdoa. Tapi entah pada siapa.
YMP
Sarinah, 2 Februari 2025
Yohanes Moeljadi Pranata
Subscribe to Literanesia
Get the latest posts delivered right to your inbox