(027) Utopia Si Jelata, Wardjito Soeharso
Utopia Si Jelata
Wardjito Soeharso
Jangan pernah mengikuti naluri maling
Dialah sumber utama masalah keruwetan hidup Si Jelata.
Seburuk-buruk manusia adalah yang tega mencuri kata-katanya sendiri.
Di tanah lapang
Ada banyak orang
Beramai-ramai meniup matahari
Dengan mulutnya.
"Apa yang sedang kalian lakukan?" Tanyaku
"Kami ingin mematikan cahaya matahari." Jawab mereka
Aku hanya geleng-geleng kepala
"Siapakah kalian ini?" Tanyaku lagi
"Kami adalah Pecinta Malam!" Jawab mereka
Mereka menggumam
: "Terang adalah ancaman!"
Aku tersenyum
: "Gelap hanyalah ketidak tahuan."
Kulihat mereka terus saja
Meniup matahari dengan mulutnya
Di bawah komando Si Pembenci Terang
Pohon-pohon wajah
Menunggu saatnya berbuah
Benarkah besok panen dengan sumringah?
Aku mendongak!
Matahari meredup tersaput awan
Tiba-tiba saja rasa rindu menyengat ingatan
Menggelitik harapan dan impian masa depan
Bagai aroma tempe hangat sedang terhidang
Menggoda merayu mengusik puncak selera
Terbang melayang terus mengendus
Mencari sumber bau bawang merah mentah
Yang sempat terlewatkan setelah lima puluh tahun berkelana
Menyeruak kembali menyusun kenangan
Mesti kembali tertata nyata di meja makan
Utopia Si Jelata?
Jangan mudah terbuai janji
Tak kan pernah ada itu dalam catatan memori
Makan siang gratis kok bernilai lengkap gizi
Ah, entahlah!
Subscribe to Literanesia
Get the latest posts delivered right to your inbox