Tatan Daniel
Tatan Daniel lahir di Pematang Siantar, 17 Februari. Usai menamatkan sekolah menengah di Perguruan Taman Siswa Kisaran tahun 1980, ia melanjutkan pendidikan ke Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) Medan, dan STIA Lembaga Administrasi Negara di Jakarta.
Sajak pertamanya dimuat di kolom puisi ”Abrakadabra” harian Waspada, tatkala masih bercelana pendek, kelas 2 SMP(1975). Dan di masa itu juga, sketsanya mengisi ”Rubrik Coret Kreatif” pada suratkabar yang sama, dan halaman budaya suratkabar Medan lainnya. Sajak-sajak penyair yang aktivitasnya tercatat dalam buku Leksikon Susastra Indonesia (Balai Pustaka, 2000) susunan Korrie Layun Rampan ini, mulai tersebar di berbagai ruang sastra dan budaya harian Medan, antara lain Waspada, Analisa, Mimbar Umum, Sinar Pembangunan, Mercu Suar, Bukit Barisan, dan SKM Dobrak, serta majalah Zamandan majalah Hai, Jakarta, sejak tahun 1978. Bersama penyair muda Asahan, menerbitkan kumpulan sajak Simpang Jalan(1982).
Pernah memenangkan lomba mengarang tingkat SD se-Asahan (1972), lomba melukis tingkat SLA dalam Porseni se-Sumut (1978), dan lomba menulis puisi se-Sumatera Utara (Teater Siklus, Medan, 1979).
Membacakan puisinya pada Temu Sastrawan Sumatera Utara (1977) di Medan, dan menjadi peserta termuda pada Temu Sastrawan Asahan (1979) di Kisaran. Sajaknya dimuat dalam antologi sastrawan Asahan Tangkahan (1979). Pada kurun itu, ia juga menjadi redaktur rubrik sastra pada dua stasiun radio di kotanya. Sebelum hijrah ke Jakarta,bertugas sebagai Kepala Anjungan Sumatera Utara di Taman Mini Indonesia Indah (2010-2019), ia aktif berkesenian di “Sanggar Laras” Kisaran(Sumatera Utara), dan sempat mendaulat W.S. Rendra dan L.K. Ara untuk membacakan sajak di depan publik kota itu, pada tahun 1989.
Salah satu esainya memenangi lomba yang diselenggarakan oleh ”terre des homes, Netherlands”, dan dimuat dalam buku “Kekerasan Terhadap Anak”(1999). Dan, salah satu artikel opininya, termaktub dalam buku “Masyarakat Versus Negara”(Penerbit Kompas, 1999). Esai panjangnya dimuat dalam buku “Rasa” (Pen. Badan Penghubung Daerah Prov. Sumatera Utara, 2018). Tulisannya tentang Radhar Panca Dahana dimuat dalam buku “Percikan Api Radhar dalam Kenangan Sahabat” (Penerbit Buku Kompas, 2022).
Beberapa puisinya dimuat dalam bunga rampai dan antologi bersama, antara lain, Ini Medan, Bung(Pen. Seniman Medan, 2010), 18 Penyair November (D3M, 2013), Menyemai Ingat, Menuai Hormat (Kail, 2015), Barus(Anjungan Sumut, 2015), Pasie Karam (Dewan Kesenian Aceh Barat, 2016), Mahligai Penyair Titi Payung (Pustaka Diksi, Medan, 2020), Para Penuai Makna (Penerbit Teras Budaya, 2021), Mata Air Air Mata (Penerbit Kosa Kata Kita, 2021), Jejak Waktu (Penerbit Kosa Kata Kita, 2022), Raja Kelana(Antologi Puisi 12 Dari Negeri Poci, Pen. Kosa Kata Kita, 2022), Sejuta Puisi untuk Jakarta (Pen. DispusipJakarta, 2022), Kabut, Hujan dan Segala Yang Dikenang (Pen. Dispusip Kota Padang Panjang, 2022).
Buku kumpulan puisinya bertajuk “Pada Suatu Hari yang Panjang” yang diterbitkan oleh Lembaga Kajian Kebudayaan Indonesia (2021), memperoleh Penghargaan sebagai Buku Puisi Pilihan Tahun 2021 oleh Yayasan Hari Puisi Indonesia.
Bersama etnomusikolog Rizaldi Siagian dan sejumlah seniman tari, musik, sastra, diaspora Melayu di Jakarta, menggerakkan revitalisasi seni tradisi Ronggeng Melayu, dengan membentuk Komunitas Ronggeng Deli, sejak tahun 2015. Aktif di Forum Seniman Peduli TIM, sejak November 2019. Saat ini menjabat sebagai Sekjen Masyarakat Penggiat Seni Indonesia (2022-)
Subscribe to Literanesia
Get the latest posts delivered right to your inbox