Kisah tentang korban hak asasi manusia pada masa lalu dibungkus dalam puisi puisi penyair Indonesia.
- Kisah tentang korban hak asasi manusia pada masa lalu dibungkus dalam puisi puisi penyair Indonesia.
Ada yang halus lembut perlahan menusuk hati, ada yang biasa terang benderang dan ada yang keras menghujat karma. Tetapi Zoya Herawati adalah saksi di masanya yang juga seorang penyair. Sehingga gaya bahasa Zoya memiliki khas tersendiri sebagaimana puisi-puisinya terdapat dalam Jelaga.
Kita hanya imbas korban segala pelanggaran, yang ikut kotor oleh jelaga dan sekaligus tertimpa. Jelaga membersihkan dan di bersihkan karena takut menjadi catatan kelam. Tetapi Jelaga tetap bicara, padahal hanya partikel debu dari panasnya api. Jelaga membuat steril suasana karena hanya Untaian kata, sebuah puisi penghibur duka.
Mari kita lihat puisi-puisi Zoya Herawati di Antologi Jelaga ini:
Sembilan Delapan
// Semalam
cerecau gagak hitam
Menyesak di telinga
"ah, pertanda apa?"
Lirih tanya kepada diri/
/"inikah?"
di layar kaca
Lunlai sang tiran terbata
"saya undur diri..."
entah demi apa...//
/Mata lelaki tua sejenak berbinar
Kemenangan?
tidak juga/
/Kereta kehidupan laju meninggalkannya
Dihantam seli
Disudut pengap
Tanpa ada cerita kagi/
/sorak sorai mengudara
Bocah bocah kampus
Menari-nari di jalan//
/....//
Demikian penggalan salah satu puisi di jelaga.
Terbungkus tetapi mencatat sejarah kita.
(Rg Bagus Warsono)
Subscribe to Literanesia
Get the latest posts delivered right to your inbox