/ Antologi

Kemeja Putih Lengan Panjang

Antologi
Sekumpul Puisi karya : Rg Bagus Warsono
Editor : Isa
Layout : Yuni
Desain Cover : Edi
Penerbit : Penebar Media Pustaka
Vi + 65; 14X20cm
ISBN : 978-602-5888-60-1
Cetakan 1 , 2018
Pengantar Buku

Sebuah Simbolik

Seperti halnya orang orang munafik dengan perkataannya. Ia tidak mengakui dasar negaranya sendiri, kemudian ia hidup di negeri orang, Di hati kecilnya ia merasakan keunggulan dasar negaranya sendiri yang memberi rasa aman dalam kebinnekaan, dibanding dasar negara lain yang ia rasakan di negri rantau.
Kemudian orang-rang munafik itu menggemborkan untuk memgingkari jasa-jasa para pejuangnya termasuk proklamator, namun tanpa sadar bajunya yang ia sukai adalah baju yang sudah melekat dengan sang proklamator yang ia gemborkan untuk diingkari.
Lalu pada sebagian pegawai negeri, mengingat otonomi daerah dipengaruhi oleh politik bupati atau walikota yang merupakan anggota partai, dengan lucunya di awal-awal presiden terpilih menjabat mereka mencibir dan bahkan menghina. Namun ketika presiden menerapakan kemeja putih lengan panjang sebagai salah saru baju seragam, mereka menyukainya.
Ada sebuah karakter negatif tanpa sadar terjadit di masyakarak kita. Dinamika orang yang tanpa berfikir tetapi mengikuti ajakan saja apa yang bersifat umum melalui sosial media, kemudian ia dalam prakteknya menjalani apa yang justru ditolaknya itu.
Kemunafikan itu diredam dengan sederhana yaitu hanya baju putih lengan panjang. Ini makna simbolis, sebuah ajakan utuk perubahan mental. Walau kesucian yang diharapkan itu lahir bathin, namun setidaknya awal kecintaan dan penanaman itu dimulai dari hal-hal yang bersifat lahiriah.
Sejauh mana baju putih lengan panjang ini memiliki makna simbolis kejujuran bagi pemakainya, tergantung dari mental itu sendiri apakah didapat perubahan atau justru sebaliknya. Namun demikian Kemeja Putih Lengan Panjang ini sungguh sesuatu yang memiliki makna berarti termasuk antologi ini sebagai pencerah penyejuk hati semua pembaca budiman.

Rg Bagus Warsono

Karangan Bunga untuk Ahok

Karangan Bunga untukmu
penginspirasi kerja
penginspirasi manusia Indonesia jujur
yang menyadari kurang kesempurnaan
Karangan Bunga untukmu
Sebagai tanda untuk tidak berhenti
Kerja baik di negeri ini
Yang menyadari kealfaan
Karangan Bunga untukmu
sebagai tanda simpati kami-kami
yang mencintai Indonesia.
yang menghargai jiwa bangsa
Bacalah Karangan bungaku
yang ditulis warna warni
kebebasan dirimu
dari warna-warni kemerdekaan negeri.
Bacalah Karangan bungaku
dengan bunga warna-warni pula
untuk terima kasihku padamu
yang tlah berani memberi warna pada bangsa ini
Indramayu, 25 Januari 2017

Rg Bagus Warsono

Pinsil Penghitung Hari

Untukmu pinsil penghitung hari
menghitung tali hari-harimu
menyamakan palu vonis dan remisi hatimu
tanda mata pordeo
mencari celah putih tembok yang penuh tali hari
oleh orang-rang yang singgah di hotelmu sekarang
pinsilmu membekas memutuskan arang pinsil hitam
menusuk tembok lembab
tali sepuluh disilang
menjelang sebelas
tali duapuluh silang
menjelang duapuluh satu
sebagai pengganti mainanmu
waktu diluar kau menghitung uang
seenaknya
dengan kaki diatas meja
meja diatas tumpukan uang
selapis diatasnya atap rumah
kau tak gunakan pinsil untuk menghitung
karena satu bernilai sejuta
A kau artikan semilyar
sehingga tak perlu lagi pinsil tanda
sebab satuan berarti jutaan
Kini,
dalam dalam kandang jeruji
kau tak perlu lagi semua itu
recehpun tak guna
sebab abang bakso tak hendak lewat di sesl-sel bui pordeo
kau memegang pinsil
mencari celah-celah tembok yang nyaris dipenuhi goresan
pinsil pinsil tanpa mata arang.
Bekasi, 4-12-17

Rg Bagus Warsono

Aku Senang Bangsamu Makan Mi Instan

Aku Senang Bangsamu Makan Mie Instan
Sampai kenyang dengan perutmu
tumbuh sejak masih di kandungan
kenal mie instan
asal kenyang menemani kesengsaraan
hingga menjelang habis sendok kehidupan
Aku senang bangsamu makan mie instan
dengan merk-merk pujaanmu dan promo halal dikonsumsi
tinggal pilih selera:
rasa goreng bebek atau sate babi
kaldu ayam kampung atau bakso sapi
sop anjing atau soto kerbau
pokoknya Aku senang
Aku senang tidurmu nyenyak penuh mie instan.
(Bekasi, 23-08-17)

Rg Bagus Warsono

Nyolong Lukisan Presiden

Dullah, Basuki, Raden Saleh, Sujojono, dan Henkngatung
dipigura jati ukir Jepara
kawan presiden sesama pelukis negeri
dengan kavas tenda serdadu
melukis wajah perempuan
melukis payudara
gairah birahi kuda pejantan
memandang lama tak berkedip
dicengkeram tembok bata-malang
kapan kompi pasukan pengawal pesta
lengah oleh ciu , tayub, dan cerutu
nyolong lukisan presiden
Musik tetalu mengalun , tembang dandang gula lalu sinom
mabuk prajurit
lupa memeluk bedil
pigura lepas dinding istana
hanya nempel paku beton karatan
lukisan hilang digondol maling
sinden montok lunglai
susu ngalor ngidul
tembang ngawur semakin asyik
dini hari
maling melompat pagar
moncong bedil bingung siapa ditembak
umpat gamprat komandan jaga
lepas lencana istana!
Presiden tersenyum lalu tertawa
Kalian pengawal plagiat seperti lukisan plagiat
siap !
lalu tercium asap kanvas dibakar.
Jakarta, 9 Desember 2015

Rg Bagus Warsono

Kemeja Putih Lengan Panjang Mas Joko

Kemeja Putih Lengan Panjang Mas Joko
Dipakai lagi setelah Bi Kuni mencuci sendiri
Lalu kotor lagi oleh keringat musim kemarau panas
Karena marah mengotori kemeja Mas Joko
Menyerap emosi menahan ejekan merk kemeja
Jadul dan bahan bekas kantong terigu
Kemeja Putih Lengan Panjang Mas Joko
Dipakai lagi setelah Bi Kuni mencuci sendiri
Tak perlu dikancing pergelangan tangan
Cukup digulung ala preman terminal
Tak usah dimasukan pinggang
Seperti anak SMA 80-an
Agar tak tahu siapa yang melawan
Kemeja Putih Lengan Panjang Mas Joko
Dipakai lagi setelah Bi Kuni mencuci sendiri
Ketika Bi Kuni pulang kampung
Kemeja penuh getah
Kancing lepas benang
Krah penuh daki
Kantong tersiram tinta
Terpaksa kemeja putih lengan panjang Mas Joko
Dibeli baru dari toko
Dan urusan binatu yang cuci kemeja
Disertika dengan minyak wangi pula.
Indramayu, 24-11-2015
Rg Bagus Warsono dalam Sekarepmu

Rg Bagus Warsono

Potong Jari Manisku Saja

Potong Jari Manisku Saja
Boleh di dua tanganku
dan sayur sup beraroma khas nusantara
kupersembahkan untuk tuan mulia
dengan pernyataan bermaterai sejuta
karna yang enam ribu masih bisa ditipu
dan aku hadirkan seratus saksi biksu
karna saksi berani kalau seratus juta
Tuan tak ada algojo muntilasi
tembak mati berarti menunggu
hukum mati berarti menunggu taubat
dikurung berarti bersembunyi
banding berarti menambah rezeki
boleh di dua tanganku
dengan mangkuk kuah kaldu
Potong jari manisku saja
tanpa publikasi
karena semua yakin untuk tulang sup negeri
dan ada cctv sebagai saksi tadi malam
yang tiada gambar karena petang
gelap warna meski baterai baru
yang terlihat hanya darah
menghitam menutupi semua layar
menimbulkan keyakinan hakim
tak pengaruh bila tiada jari manis
kalian bebas tanpa syarat..............................
Potong jari manisku saja katanya.
Indramayu, 23 Oktober 2013