/ puisi

Hikayat Kaum Adam, Akhmad Sekhu

Akhmad Sekhu
Hikayat Kaum Adam

Sebagai seorang lelaki, aku harus pergi menempuh
Jalan sunyi. Menekuni kembali jalan yang pernah
Dilalui Adam setelah terusir dari Taman Surgawi
Jejak trompah dan penyesalan yang datang kemudian
Tapi musim hujan berlalu menyisakan hati yang pilu
Payung daun pisang pun layu telah lama ditinggalkan
Dua remaja yang mendadak ingin secepatnya dewasa
Setelah mengenal rasa yang berdebar dalam kebersamaan
Aku tak mengikuti jejak mereka berdua yang sengaja
Tersesat. Keduanya telah tenggelam dalam kesenangan
Sesaat. Padahal, sudah banyak orang yang mengingatkan
Tapi mereka berdua sepakat lebih memilih jadi antagonis
Sejenak aku berhenti untuk benahi niat baik dalam hati
Karena telah terkoyak-moyak hasrat yang bergejolak
Begitu sangat dahsyat. Hati memang perlu sekali hati-hati
Tercatat sejarah telah banyak menorehkan jejak berdarah
Aku harus teruskan lagi perjalanan menempuh jalan sunyi.
Menekuni kembali jalan-jalan yang pernah dilalui Adam
Setelah terusir dari Taman Surgawi. Setelah lelah melangkah
Terasa jalan semakin dekat pada tujuan ke alam keabadian
Pengadegan, Pancoran, Jakarta Selatan, 2023

Akhmad Sekhu lahir 27 Mei 1971 di desa Jatibogor, Suradadi, Tegal, Jawa Tengah.
Menulis berbagai tulisan, berupa puisi, cerpen, novel, esai sastra-budaya, resensi buku, artikel arsitektur-kota, kupasan film, telaah tentang televisi di berbagai media massa. Puisi-puisinya masuk sekitar 50 buku antologi komunal (1994-2023). Buku antologi puisi tunggalnya; Penyeberangan ke Masa Depan (1997), Cakrawala Menjelang (2000), Memo Kemanusiaan (2022). Novelnya: Jejak Gelisah (2005), Chemistry (2018), Pocinta (2021). Catatan tentang kesastrawanannya masuk dalam Bibliografi Sastra Indonesia (2000), Leksikon Susastra Indonesia (2001), Buku Pintar Sastra Indonesia (2001), Leksikon Sastra Jakarta (2003), Ensiklopedi Sastra Indonesia (2004), Gerbong Sastrawan Tegal (2010), Apa & Siapa Penyair Indonesia (2017), dan lain-lain. Karya-karyanya sudah banyak dijadikan bahan penelitian dan skripsi tingkat sarjana. Memenangkan Lomba Cipta Puisi Perguruan Tinggi se-Yogyakarta (1999) dan Pemenang Favorit Sayembara Mengarang Puisi Teroka-Indonesiana "100 Tahun Chairil Anwar" (2022).