/ Nominasi Buku Sastra 2024

Autobiografi Kejahatan, Nominasi Buku Sastra 2024

036. Autobiografi Kejahatan
Autobiografi Kejahatan, Masuk Nominasi Buku Sastra Nasional 2024 versi Lumbung Puisi.
Penulis tersentak dengan antologi ini, betapa tidak baru dijumpai sebuku berisi puisi-puisi surealis. Sesuatu yang menggambarkan kontradiksi antara kenyataan dan mimpi. Puisi yang menampilkan objek dengan kenyataan yang tidak mungkin terjadi.
Aliran surialis berkembang tak hanya di seni rupa tetapi juga di sastra dan sebagainya. Tetapi Autobiografi Kejahatan menjadi buku antologi yang unik karena puisi-puisi surialis ini dibendel dalam satu buku.
Autobiografi Kejahatan ditulis oleh penyair Sthiraprana Duarsa ( Ary Duarsa ) penyair kelahiran Denpasar yang menetap di Denpasar. Sthiraprana Duarsa memasuki fakultas kedokteran Udayana, dan menyelesaikan Pasca sarjananya di Unuversitas Pendidikan Nasional Denpasar. Menyukai puisi, menulis antologi tunggal dan mengisi di beberapa antologi Bersama.
Autobiografi Kejahatan diterbitkan oleh Balimangsi Foundation Denpasar 2019 dan dicetak berulang-ulang. Diuraikan panjang lebar oleh pengantarnya, Hartanto yang mengaku sebagai petani, tentang puisi dan penulisnya. Hartanto , pengantar buku ini, memberi jelas Autobiografi Kejahatan secara rinci sehingga pembaca mudah mamahami. Sebuah buku puisi menarik yang berisi 80 halaman puisi dan sketsa puisinya.
Mari kita lihat tampilan-tampilan puisi Sthiraprana Duarsa, dokter penyair yang juga aneh ini:
Sebuah Versi Lain Pentas Ramayana
//Hanya buang-buang waktu
Untuk mencarimu
Di antara ratusan candi, cinta/
/Malam telah terpejam
Menyembunyikan cahaya bulan
Yang liar membakar hasratmu/
/Setelah dilarikan rahwana
Angin senantiasa memahat wajahmu
Dalam mimpi buruk dengan gemetar/
/Tembok yang berdiri tegar
Membatasi hati dengan ruang
Tempat pembaringan sang kelam/
/Kini tak lagi ada api yang menyala
Tak ada lagi tangis yang diseka
Engkau batu tersesat dalam deras sungai/
/Sia-sia sudah ribuan kera meronda
Mencari musim semi
Tempat jiwa yang tabah hidup dalam tenang/
/Karena lidahmu yang basah bergetah
Merekat pagi
Menjaga terang agar tak tiba.//
Sebuah Versi Lain Pentas Ramayana, puisi yang tentu saja melawan pakem pertunjukan pentas Ramayana. Namun bukan tidak mungkin puisi ini pun dipentaskan! Sesatu yang hanya mimpi bukan mustahil bisa terjadi, itulah sebabnya banyak penyair yang puisinya menembus masa depan termasuk sastra surialis diyakini bisa mungkin terjadi, seperti Sebuah Versi Lain Pentas Ramayana.
Pada puisi-puisi lain dalam buku ini tak kalah menariknya. Ada Sebuah versi Lain : Ken Arok, Kunti , atau Kemana Perginya Bintang di Siang Hari. Pendek kata pembaca akan dibuat kagum sekaligus terkagum-kagum !
Selamat!
Rg Bagus Warsono, kurator utama di Lumbung Puisi.
036