/ Tokoh Sastrawan Indonesia

93.Soni Farid Maulana

93.Soni Farid Maulana, lahir di Tasikmalaya Jawa Barat pada tanggal 19 Februari 1962 dari pasangan R. Sarah Solihati dan R. Yuyu Yuhana. Selain kedua orang tuanya, Soni juga sangat menyayangi neneknya (Oneng Rohana) yang merawat dan mengasuhnya semenjak ia kecil, dan memperkenalkannya pada puisi, khususnya teks-teks tembang Sunda yang sering didendangkan saat menidurkan Soni di waktu kecil. Hal tersebut menempa Soni menjadi seorang penyair yang produktif setelah dewasa. Bahkan, ia juga menulis juga dalam bahasa Sunda. Saat neneknya meninggal tahun 1976, untuk mengenangnya, Soni menciptakan puisi "Di Pemakaman". Soni menikah dengan Heni Hendrayani pada 19 Februari 1990 dan dikaruniai tiga anak. Dia telah menyelesaikan pendidikannya di ASTI Bandung tahun 1986. Setelah itu, Soni bekerja sebagai wartawan Pikiran Rakyat, Bandung akhir Februari 1990. Selain itu, ia tetap aktif menulis sajak dalam Suara Pembaharuan, Pelita, Suara Karya Minggu, Pikiran Rakyat, Republika, Gelora, Horison, Hikmah Mitra Desa, Mutiara, Ulumul Qur'an, dan Citra Yogya. Karya-karya Soni, antara lain, kumpulan puisi berjudul Bunga Kecubung (1989), Dunia Tanpa Peta (1985), Krematorium Matahari (1985), Para Penziarah (1987), Matahari Berkabut (1989), Guguran Debu (1994), Panorama Kegelapan (1996), Lagu dalam Hujan (1996), dan Sehabis Hujan (1996). Angsana (Ultimus, 2007), Sehampar Kabut (Ultimus, 2006), Secangkir Teh (Grasindo, 2005), Variasi Parijs van Java (Kiblat, 2004), Tepi Waktu Tepi Salju (Kelir, 2004), Selepas Kata (Pustaka Latifah, 2004), Kalakay Mega (1992), dan Peneguk Sunyi (2009).