/ puisi

1 Puisi Ditulis Keroyokan Gadis Borneo oleh Penyair Indonesia

1 Puisi Ditulis Keroyokan
Gadis Borneo
Oleh Penyair Indonesia

Dia sembunyi dibalik punggung umai-umai dengan manik warna warni.
Rambutnya tergerai dalam ikat ukir suku dayak
Gadis Borneo sekelebat menyusup di punggung yapang.
Oh oh gadis Borneo dalam impian
Senyumnya membelah sungai dalam hutan yang perawan
Cantik dalam tutur,sederhana,jaga wana,sabar meski kekayaan terangkut,terkuras kemana,rimbanya
Maka menarilah seperti burung enggang
Mencari pepohonan rindang
Pada belantara rimba raya
Bukan hanya untuk membangun sarang
Tapi untuk melanjutkan kehidupan
Yang terus tergerus zaman
Tanah burneo tanah tercinta
Tanah adat petuah sakti
Yang selalu hidup dalam hati
Menyungai asa membaca bakena bertahta di alam semesta membasuh luka jiwa menepikan mimpi kembara
Kecantikan dan keramahan yang alami
Gadis borneo adalah burung-burung terbang dari surga yang mewarnai belantara
Menapak bumi dan sungai
Mengalirkan setiamu di tubuh adat yang suci
Membunyikan peradaban wasiat leluhur
Menghormati setiap nama keturunan Borneo yang jatuh dalam rahimmu
Bersama hiasan burung enggang
Menyanggul rambutmu
Bercerita tentang keabadian zaman
Bumi Gambut bersambut
Batubara menyambut
Rerimbunan pohon menyembul
Menjaga rimba, rimba Borneo, rimba Indonesia
Hulu-hulu sungai besar dan kecil,
Menyapa kita
Haturkan kehidupan,
terus mengalir
Menjaga Kalimantan, Menjaga Jiwa Raga
Tanah Kalimantan, tanah kita bersama
Eksotisme Dayak, Dayak kita
Dan terus menyapa, tersenyum temani zaman
Kecantikan yang alami, natural
Tanpa rekayasa dan campur tangan dokter bedah plastik
Atau pun olah tubuh di tempat kebugaran
Ini murni tanpa formalin
Pesonanya, keanggunannya
Bagai manik-manik batu pualam
Ditiap senyummu
Ditiap lirikanmu
Mengalir seni pradapan
Tak angkuh
Tak jumawa
Tetap berbalut pesona
Narai kabar bawi bakena, uluh memegang adat istiadat tradisi leluhur moyang kami sebagai pedoman kehidupan di alam semesta
Mereka melukis pelangi di tanah leluhur dengan anggun dan dari hatinya yang lembut tersimpan cinta yang agung.
Gadis dayak yang cantik itu, pernah singgah di hatiku, masa remaja penuh senyuman manisnya di alam jiwaku. Kami pernah saling rindu, meski telah lama terpisah waktu, menjadi sebuah melodi berdebu. Di hulu Mahakam, kini ia menenun kisah baru. Juga aku, di Balangan kupijakkan jejak hatiku.
Wahai gadis Burneo
Engkau kini terbang di udara
Lepas menguak awan hitam
Meliuk bersama desir angin
Suaramu menggema seantero
Kepak mu menari di dedunan
Gerakmu lembut bagai sepoi
Tetapi jangan coba menghina
Di pinggangmu terselip Mandau
Dari rupawan pradaban di sisi
Kalimantan terbujur pancasona
Germilang pertanda ada wujudnyata rasa ingin mendekap meski hanya bayangan semu,,!
Wahai borneo kuning langsat.
Sungai Rejang mengalir di Tanah Borneo
Menggairahkan kayuh dan langkah kaki para pemberani
Tiba di lembah dan bukit hutan subur lahirlah Negeri Rejang di Sumatera
Mereka menjaga tiap butir air yang mengalir ke Sungai Musi
jemarinya lentik terselip bulu- bulu burung enggang
gemulaikan tari nafas kehidupan alam perawan
Di iring denting sampeq dari kejauhan
Menitis magis hayutkan jiwa pada penghambaan
Senyummu mengantar beribu makna
Seperti pelangi mengitari awan
Tanah Borneo, tanah airku
Inilah indonesia dalam kayanya nusantara
Gadis gadis penuh budaya
Menari dalam balutan senja
diparuh burung enggang mengalir liur mahakam menjelma anak sungai, tubuhnya sintal memancarkan pesona, warna warni ditubuhnya menawarkan cinta, sungguh borneo mempesona
Gadis Borneo dengan tatap lembut, senyum memikat dan kulit kuning langsat, ahh siapa yang tak tertarik
Gadis manis dengan lentik jemari
Membangun alir sungai di setiap geriat darahnya
Menuju pusat hutan
Dengan restu para tetua
Menujum tanah: Pertiwi yang asri
Menari. Menari. Menari
Dengan tetabuhan kicau burung
Melembabkan panas cahaya matahari
Gadis manis dengan liuk tubuhnya
Menyimpan mata air
di jantungnya. Biar degupnya
gemuruhkan rindu ini
Dengan rafal para tetua
agar tuah tanah mewujud
Hutan pertiwi di gemuruh arus sungai
Menari. Menabuh. Menyanyi
Bangun gelora jiwa. Indahkan
pelangi seusai hujan
melengkungi hutan jiwa raga
Gadis manis di gurat telapak tangan
yang mana, kau simpan panas
matahati?
Duhai gadis Borneo
Di riak Kapuas kau bersolek diri
Di alun Mahakam kau beradu jemari
Di tepian Barito kau menantang hari
Menarilah laksana Pesut
Tarikan keberanianmu
Berkepaklah umpama Enggang
Kepakkan kegelisahanmu
Pada rimba yang digunduli
Pada sungai yang dicemari
Pada gambut yang dieksploitasi
Pekikanlah kegundahanmu
Wajah cantik memesona
Lesung pipit hiasi pipi nan merona
Bukan blush on hanya bedak dingin ramuan leluhur
Mata sipit, kuning langsat
Senyum manis gadis dayak bak batu kecubung buat hati ulun terpikat
Pernak pernik ikat kepala sebagai penghias mahkota
Sehelai kain nuansa mewarni hasil tangan-tangan gemulai gadis dusun Bukit Rawi
Sungai Kahayan nan elok menjulur indah seluas mata memandang
Pulau putri bagai mimpi
Kukira barisan putri jelita
Nyatanya tempat para kera berkembang biak
Sungai Barito kemilau mentari pagi
Perempuan-perempuan perkasa mengayuh sampannya dipagi buta
Pasar terapung tempat transaksi mata uang maupun barter
Tempat mereka mengadu nasib
menjajakan makanan dan berbagai kebutuhan dan hasil bumi
Perahu sampan ku kayuh merapat dekati perahu penjual kudapan tradsional
Ku julurkan tongkat pengais kudapan ah....segelas teh manis hangat pagi ini, menemaniku nikmati pasar terapung kekayaan budaya nusantara
Bumi Kalimantan menyimpan berjuta rindu
Jejak perjalanan yang pernah terukir
Bukit bamba hamparan pasir putih bak salju di musim panas
Akar kayu bajakah penguat tradisi leluhur
Martapura berkilau intan permata
Jika bercerita tentangmu tak kan pernah usai semakin rindu ini merasuk....
borneo
aku perenang paling sulit
untuk sampai ke pinggir kolam
kecantikan para bungamu yang dikawal
para sakti leluhur.
273206228_4818042111605515_7120485002923321550_n

Oleh penyair Indonesia
Konduktor: Rg Bagus Warsono,
Penulis: Zaeni Boli, Idg Hans Botor Trilambang , S Ratman Suras , Rosyidi Aryadi , Jimmy Darts, Khalid Alrasyid , Amiruddin Hasan, Safrul Hamdi , Wawan Hamzah Arfan , Deddy Firmansyah , Sadrack Sarto Patampang, Muhammad Jayadi , Ayub Hamzah Fahreza , Roy Hadi Sy , Taba Heriyanto, Assa Kartika , Ramli Marpaung , Iwang Nirwana , Hesbullah Hes Majnun , Denting Kemuning , I Made, Laode Angse , Euis Sri Susilawati , Chachan Parase .