Wong Kenthir
Wong Kenthir dan Kegilaan yang Wajar
Menjadi seniman panggilan jiwa yang tak terkendalikan bahkan oleh dirinya. Seniman dengan personalnya yang melekat memiliki ciri-ciri pribadinya tersendiri bahkan tak dimiliki oleh orang lain. Inilah yang menjadi dasar di dalam berkesenian termasuk sastra di dalamnya juga sama dengan di berbagai jenis kesenian lain.
Seniman yang telah memiliki kelekatan dengan dirinya tak dapat dipisahkan bahkan merupakan figur yang menjadi pamor karya seninya.
Bukti melekatnya karya seni dan personal seniman itu telah ditunjukan seniman-seniman yang telah populair dan publik pun langsung mengatakan dalam hatinya ketika melihat wajah atau gambar seniman tersebut.
Ketika gambar itu menampilkan wajah seseorang langsung pembaca atau yang melihat gambar itu menyebut dalam hatinya akan jenis seni yang digelutinya. Ketika ditampilkan Wajah Rio Febrian maka orang langsung yakin ia adalah seorang penyanyi. Ketika di rampilkan wajag Gesang orang langsung menyebut dalam hatinya ia adalah komponis lagu keroncong bahkan pada nama lagunya Bengawan Solo. Ketika ditampilan Wajah Chairil Anwar orang akan menyebut dalam hatinya dialah sastrawan Angkatan '45 dan pengarang puisi Kerawang Bekasi. Demikian melekatnya kegilaan itu pada personal seniman.
Jadi sangat beralasan jika antologi Gila ditampilkan untuk melihat sejauh mana kegilaan yang wajar yang dilakukan seniman sastra (penyair) pada tataran tertentu. Boleh jadi kelak suatu saat buku ini dicari banyak orang untuk memperkuan historia data seseorang (penyair).
Bahwa yang bersangkutan betul memiliki kelekatan dengan jenis seninya yaitu puisi sang dibuktikannya dengan buku antologi Wong Kenthir. (Rg Bagus Warsono, Kurator sastra di HMGM))
Subscribe to Literanesia
Get the latest posts delivered right to your inbox