Harri Tjahjono

Harry Tjahjono, seorang wartawan senior kenamaan (seangkatan dengan Areswendo Atmowiloto) yang sering liputan luar negeri , dan juga penulis skenario film terkenal lndonesia tempo doeloe, Harri Tjahyono itu menulis skenario 'Si Doel Anak Sekolahan yang mungkin sahabat Suluh pernah nonton filmnya

Harry Tjahyono pon bertutur mengenang itu :

Tahun 1996 s/d 2002, saya pernah ngendon di perkampungan pemulung, dekat pemakaman Joglo, Jakbar. Lokasinya sekitar 500 meter dari rumah. Lebih dari 30 KK tinggal di gubuk-gubuk yg dibangun di tanah seluas 3.000-an M2 yg entah milik siapa.
Awalnya, saya sering mancing di kali dekat situ. Lalu kenal pak Astono, pemuka pemulung di situ. Berteman, sering nongkrong, dan akhirnya bikin gubuk bambu seluas 3X6 yg saya sebut sanggar.
Waktu itu, saya sedang nulis si Doel dan memang sengaja sering gaul dg orang kampung, dlm rangka observasi atau apalah namanya.
Waktu itu pula, maaf..., duit saya lagi banyak. Maklum, selain nulis si Doel, saya punya gaji dari tabloid Bintang, Fantasi dan terakhir ProTV. Juga nulis lagu, bikin musik dll. Sebagian besar saya setor istri, tapi ada yg saya umpetin utk senang-senang sendiri, misalnya melantik pak Astono jadi pimpro bikin pompa air, betulin gubuk-gubuk yg terlalu kumuh, nyicil bahan bangunan utk bangun mushala di depan sanggar.
Rupanya kesenangan saya itu menulari temen dekat seperti Rano, Yuni Shara, Mas Arswendo, Ayu Azhari, mbak Mien R Uno dan Nafa Urbach yg kebetulan masih terhitung ponakan. Dan mushala semipermanen seluas 6 X 6 itu lekas berdiri krn pak Marzuki Usman, saat itu Menparpostel, yg sering ngobrol dg saya dan mas Arswendo, juga ketularan. Bahkan ketika saya minta, pak mentri janji mau meresmikannya.
Akhirnya mushala beratap seng, berdinding triplek, berlantai keramik, dan supaya pak mentri senang saya kasih nama Al Khadijah, nama almh ibunya, berdiri di tengah kepungan gubuk pemulung.
Sesuai janjinya, jelang dzhuhur pak mentri datang. Orang pun berkerumun. Ajudan dan patwal sibuk. Wartawan meliput.
Usai meresmikan, pak mentri muji saya, "Wah, ternyata Anda seniman kaya ya..."
"Enggaklah, Pak. Seniman kok kaya."
"Lha tanah seluas ini punya siapa?"
"Nggak tau. Ini kan daripada sudah lama kosong trus saya kasih mushala."
Pak mentri kaget, "Anda ini gimana sih? Saya ini kan pejabat negara, masa meresmikan bangunan liar?"
"Wah.., sudah terlanjur, Pak."
Mushala itu juga pernah dikunjungi Ibu Sinta, istri Gus Dur, saat ibu negara itu bersafari sahur. Dan thn 2003, kampung pemulung itu digusur.
Selama 5 tahunan ngendon di situ, banyak banget beragam kejadian tak terlupakan. Tapi, yg paling berkesan adalah: di situ saya bisa lebih memahami apa yg sesungguhnya benar-benar membuat orang miskin menangis, dan apa yang benar-benar membuat mereka tertawa....