TANGAN DI ATAS KERTAS LEBIH BAIK : SEDEKAH PUISI, Erndra Achaer
TANGAN DI ATAS KERTAS LEBIH BAIK
: SEDEKAH PUISI,
oleh Erndra Achaer
Apa yang terbayang, ketika mendengar kata sedekah?
Ayo, jawab jujur. Kebanyakan membayangkan sesuatu dalam bentuk materi. Entah uang atau barang. Iya, kan?
Hingga merasa berat untuk melakukannya. Dengan pertimbangan kondisi. Lama berpikirnya. Duh, masih harus ini, masih butuh itu, banyak yang harus dilunasi, belum urusan anak, belum ini, belum itu. Mending cukup, ini mah nombok.
Panjang nian keluh-kesahnya. Jika ditulis kisah bersambung, mungkin melebihi kisah cintanya Bapak RgBagus Warsono yang kata beliau jika dijadikan novel bisa setebal tembok bendungan itu. Jauh di atas "Ketapel" Bapak Wardjito Soeharso yang lagi trending topic.
Padahal kita tahu, wujud sedekah itu tidaklah harus materi. Ada banyak hal yang bisa kita sedekahkan. Bukan berdasar kondisi ya .... Itu sudah umum. Takarannya masih materi. Tak usahlah begitu. Nanti tak akan sampai kita bersedekah. Karena jika menurut kita tak ada lebihnya meski materi yang tersedia jika ditulis angka cukup besar, ya tetap merasa tak mampu bersedekah.
Maka, kita lihat dari sisi niat dan ikhlas saja. Lebih mudah dan cepat sampai. Jika belum ada ikhlas, apa lagi niat membagikan materi dikarenakan kondisi menurut hitungan kita sendiri itu, cobalah tengok ke hal lain. Apa yang bisa kita bisa lakukan tanpa merasa terbebani, atau malah merasa rugi?
Contoh gampangnya, senyum, sapaan ramah. Semua orang bisa tersenyum, diminta atau tidak. Mudah, murah. Tinggal tarik bibir ke samping, ekspresikan kegembiraan. Tak perlu bayar, tak perlu harus keluar barang. Efeknya bisa luar biasa. Sudah bisa menciptakan hal istimewa bagi orang lain. Walaupun kenyataan banyak orang masih pelit senyum. Kembali lagi pada takaran ikhlas tadi, tentunya. Meski hanya senyum, pun dirasa berat sekali layaknya bibir rekat oleh isolatif.
Baiklah jika senyum pun masih belum bisa kita lakukan. Masih ada cara lain. Apa itu?
Ikut lumbung donk .... Ngapain? Sudah tahu kan ada sedekah puisi?
Ini hal yang paling ringan kurasa. Masa iya sih setiap hari kita menulis di dinding FB, di banyak halaman grup sastra, di semua jalur sosmed tanpa tepikir merugi itu, kali ini harus enggan hanya karena ada kata sedekah?
Pastinya jawabnya, tidak. Rewardnya istimewa. Dokumentasi khusus dalam bentuk antologi bersama. Boleh dipesan boleh tidak, ikhlas saja. Namanya juga sedekah. Asyik, kan?
Naah .... Orang bilang memberi lebih baik daripada meminta. Jadi, siapa menyangkal "tangan di atas kertas (baca: di atas HP/laptop) lebih baik" daripada di atas bantal/guling dengan bermacam alasan terkait puasa di Ramadan? Tunggu apalagi, yuk kita sedekah puisi di Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia!
Salam puisi, dari inyong.
Erndra Achaer cah Purbalingga, nyempil di Bogor. (09/04/2022)
Subscribe to Literanesia
Get the latest posts delivered right to your inbox