Slamet Gundono
Slamet Gundono (lahir di Slawi, Tegal, 19 Juni 1966 – meninggal di Kartasura, 5 Januari 2014 pada umur 47 tahun) adalah dalang wayang suket (wayang rumput) dan seniman Indonesia
Seniman yang terlahir dari keluarga dalang ini bernama asli Gundono; nama Slamet ditambahkan oleh guru sekolah dasarnya. Awalnya ia tidak mau meneruskan jejak ayahnya, karena citra negatif dalang yang lekat dengan minuman keras dan main perempuan. Akan tetapi, selama mondok di sebuah pesantren di Lebaksiu, rasa tertariknya pada wayang semakin menguat.
Setamat pesantren, ia melanjutkan pendidikan ke Jurusan Teater di Institut Kesenian Jakarta. Namun, kemudian ia pindah ke Jurusan Pedalangan di Sekolah Tinggi Seni Indonesia (kini Institut Seni Indonesia Surakarta). Dan pada tahun 1997, ia menyelenggarakan pertunjukan pertamanya di Riau, di mana pada saat itu ia menyuguhkan pertunjukan wayang dari rumput (bahasa Jawa: wayang suket) untuk pertama kalinya.
Slamet Gundono lulus dari STSI pada tahun 1999. Pada tahun itu, ia mendirikan komunitas Sanggar Wayang Suket. Di sana, ia mengembangkan lebih jauh seni pewayangan, dengan memperkenalkan wayang dari bahan rumput dan menyajikan pertunjukan wayang yang keluar dari pakem yang telah baku. Karena itulah, meskipun awalnya banyak diprotes, dalang berbobot 150 kilogram ini menjadi ikon wayang suket. Ia telah menerima sejumlah penghargaan, seperti Penghargaan Prins Claus pada tahun 2005.
Pada usia 47 tahun, Slamet meninggal di RSI Yarsis, Pabelan, Kartasura, pada pukul 08.30, setelah dirawat selama beberapa hari karena komplikasi berbagai penyakit yang dideritanya. Jenazahnya dimakamkan di kota kelahirannya, Slawi
Gundono menulis sejumlah naskah teater wayang orang, seperti:
Sukesi atau Rahwana Lahir
Limbuk Ingin Merdeka
Bibir Merah Banowati
Subscribe to Literanesia
Get the latest posts delivered right to your inbox