/ Nominasi Buku Sastra 2024

Serlok Palsu, Nominasi Buku Sastra 2024

Serlok Palsu
Serlok Palsu, karya Yustinus Harris ( Yus Harris ) masuk buku nominasi Buku Sastra Nasional 2024 versi Lumbung Puisi. Buku terbitan Boenga Ketjil,2024 Jombang ini berisi puisi-puisi pendek ini mampu mengundang minat baca karena puisinya yang menarik Dadang Ari Murtono pengantar buku ini menyebut sebagai puisi main-main atau bermain. Tema yang diusung oleh Yustinus Harris sangat menarik bagi pembaca yang suka puisi-puisi pendek. Sederhana namun tak kalah bobotnya. Membawa pembaca ber-metavora dengan 'permainannya. Memang banyak penyair lain dengan tampilan puisi pendek tentu ini bukan hal psrtama, namun Yustinus Harris menyuguhkan dalam gaya bermain sehingga buku puisi ini layak dibaca semua kalangan.
Mari kita lihat puisi pendek itu:
Serlok Palsu
Aku tersesat
Mengikuti jalan
Sinyal cintamu di google map
Tak kusangka
Serlokmu yang sexi
Ternyata palsu
Demikian puisi pendek ini juga dijadikan judul buku . Tampak seperti hal bisa sebuah ungkapan seseorang tetapi puisi menyimpan maksud lain: yaitu tak harus langsung percaya teknologi sebab bisa mungkin berita palsu, seksligus sebuah peringatan bsgi kita semua.
Di puisi yang lain kita lihat:
Terima Kasih Sakit
Aku berterima kasih pada sakit
Karna memperlihatkanku
Bahwa masih banyak
Orang-orang yang jiwanya sakit
Belum juga menemukan obatnya
Dua puisi diatas adalah gsmbaran puisi-puisi dalam buku Serlok Palsu. Masih banyak puisi puisi sejenis dalam buku ini. Tampak Yustinus Harris betul betul bermain-main dengan kata untuk puisi. Tetapi bukan tidak mungkin dari main-main ini memunculkan sesuatu yang luar biasa. Buktinya buku ini bisa membyat Anda tersenyum , tertawa dan terbahak-bahak dan mungkin juga senang dan menyesal membacanya. Ha ha ha ...
Yustinus Harris lahir di Surabaya, 14 April 1968 , disamping menulis kesehariannya adalah seorang ASN di Pemkab Jombang. Menulis beberapa antologi tunggal dan antologi bersama di event komunitas-komunitas penyair. Tinggal di Jombang.
Selamat!
( Rg Bagus Warsono, kurator utana di Lumbung Puisi)
016