SEDEKAH PUISI, Heru Patria
SEDEKAH PUISI
oleh Heru Patria
Mendengar kata sedekah, sudah pasti sebagian besar orang pasti langsung berpikir tentang uang atau bentuk materi lainnya. Namun tidaklah demikian yang ada di grup Lumbung Puisi Sastra. Di kalangan para penyair yang dikomandani mas RgBagus Warsono kata sedekah menjadi suatu hal yang bermakna luas.
Sedekah Puisi, sebagian besar orang pasti merasa tergelitik membaca hal ini. Bahkan besar kemungkinan akan ada banyak orang yang menganggap apakah hal seperti itu akan ada manfaatnya. Mengingat, di tengah gonjang-ganjing mahalnya harga minyak goreng dan naiknya harga BBM di bulan puasa, puisi tentu cuma dilirik sekikas saja.
Tapi tenang bestie, Tuhan itu Maha Sederhana. Seperti yang orang bilang senyum pun bisa menjadi sedekah, termasuk bait-bait puisi. Memang secara fisik puisi tak bisa memberikan sesuatu yang bisa langsung dirasakan. Namun secara psikis, puisi mampu memberikan ketenangan batin bagi orang yang bisa menikmatinya.
Puisi bukan sekadar larik-larik rima dan diksi, tapi juga bisa menyampaikan ajakan, himbauan, serta tuntunan untuk mengagungkan nama Tuhan. Puisi bisa menjadi sarana berbagi kebaikan yang mengajak umat untuk dekat dengan Tuhan dan berbuat baik dengan sesama tanpa membedakan.
Tentu ide brilian tentang berbagi puisi ini bisa membuka wacana baru bahwa berbagi bukan hanya tentang materi. Bahkan jika dinalar secara mendalam, dengan berbagi puisi nilai kebersamaannya justru semakin luas karena puisi bisa dinikmati kapan saja dan oleh siapa saja.
Misalkan kalau kita berbagi takjil, sembako, uang, atau benda-benda lainnya, bisa jadi semua itu akan habis sekali pakai. Setelahnya tidak ada lagi yang bisa dimanfaatkan. Tapi dengan puisi, semangat berbaginya bisa terus menerus dilakukan secara estafet sampai ke seluruh penjuru dunia. Terlebih di jaman digital seperti sekarang ini.
Untuk itu, semoga semangat sedekah puisi ini bisa menjadi ajang berkreasi dan berinovasi bagi para penyair sekaligus sebagai sarana berburu pahala dan amal.
Salam puisi dari Bumi Bung Karno.
Blitar, 6 April 2022
Subscribe to Literanesia
Get the latest posts delivered right to your inbox