/ Ulasan Puisi

Pesan T oleh Penyair Indonesia oleh Rg Bagus Warsono

Dimulai dari Agoes Andika membaca T sebuah Teka Teki . Ia adalah manusia yang menyadari akan kehidupan yang penuh teka-teki. Perumpamaan yang digunakan untuk tidak mengatakan takdir / nasib seseorang digambarkan dengan peristiwa alam. Dan Agoes Andika pun mengjabarkan bahwa alam juga tidak bisa membuat rencananya. Itulah teka-teki Tuhan. Tentu saja bukan teka-teki yang perlu dijawab karena tak ada yang mengetahui rahasia itu dan akan mengetahuinya setelah terjadi. Mari kita simak puisinya:

Teka-teki
Siapa mencipta hujan jika kemarau bermusim
langit tidaklah paham saat tercurah air
meredam debu debu berserakan
matahari tidaklah tahu mengeringkan
saatnya tiba tanah dan jalanan tidak berair
semuanya terkendali olehnya
menjatuhkan dedaunan karma atas hidup
menjalani semua atas lukisan
siapa dan siapa lagi tempat bertanya
hidup ini penuhlah misteri
awal dan akhir juga ada dan tiada
ah
rumah tua, juli 2021.

Pada puisi yang lain karya Andi Jamaluddin Ar. Ak masih seirama Agoes Andika, Judulnya TikTikTakTok suara detik di jam dinding di kala sunyi yang terekam. Puisi pendek ini seakan menjadi renungan pagi yang indah. Anda tentu boleh mencatat peristiwa dalam detik berlalu, sebetulnya merupakan kesatuan hidup yang akan berhenti pada pengendali yang tak lain adalah Sang Kuasa. Mari kita simak puisnya.
TikTikTakTok

ia berputar, terus menerus
dititik waktu
selalu berdetak
sebelum gir dihentikan rem-Nya
adakah kita rekam sudah
denting indah TikTikTakTok
yang selalu memerdukan
gerak kaki kepada langkah
ke matahari pagi
Bila
tanya diri
//ajarak/05.08.21/10.02/pgt.tanbu//

Nada lain yang seirama dilayangkan oleh Barokah Nawawi. Ia menyadari bahwa manusia itu Tuli . Dan memang tuli tak mendengar apa yang diserukan olehNya. Yang nyata terjadi. Lalu ia mencari diri dalam kesunyian untuk dapat membuka rahasia itu . Barokah Nawawi memiliki dalam kesunyiannya untuk dapat bertemu mendekatkan diri. Sebuah puisi indah penuh perenungan yang juga layak dibaca tengah malam dalam kesunyian. Mari kita baca puisinya:

Terminal yang Terakhir

T adalah tuli
Tidak mendengar kata hati
Tidak mendengar tanda-tanda cinta yang bernyanyi.
T adalah tanda tanya
Tempat manakah yang akan kita tuju
Sebagai dermaga akhir setelah sekian tahun berlayar
Terombang-ambing dihempas badai kehidupan.
T adalah tujuan
Muara misteri yang melingkari rahasia hidup manusia
Terkadang tampak nyata terkadang lenyap tiada.
T adalah tersembunyi
Tempat terjauh yang paling sunyi
Tempat yang paling aku cintai
Karena hanya dalam sunyi aku bisa merasa
Betapa Engkau mencintaiku
Tuhanku.....
Purworejo, Agustus 2021

Puisi-puisi diatas yang ditampilkan oleh Agoes Andika, Andi Jamalludin, dan Barokah Nawawi tampak seirama memaknai "T" yaitu segala dalam hidup ini telah ada yang mengaturnya namun tak bisa diterawang atau ditebak karena merupakan teka-teki Yang Maha Kuasa. Tiga puisi pendek di atas seakan memberi tahu arti antologi ini lebih awal. Sayang sekali puisinya lebih terbuka sehinga mudah untuk ditebak makna yang terkandung dalam setiap baitnya, dan puisi itu belum menjadi teka-teki Pembaca. Pilihan kata yang apik cukup diberikan namun pilihan kata baru belum dimunculkan sehingga peran teka-teki itu belum tampak pada puisinya.

Jawaban pada tiga puisi diatas terdapat dalam puisi karya Bayu Aji Anwari, pastilah pembaca sudah mengerti katanya. Bahwa apa yang diperbincangkan telah ada dalam genggamanNya. Tampaknya Puisi T yang ditampilkan Bayu Aji Anwari meski tampak terbuka namun memberi makna nasehat, Mari kita simak puisi Tuhan Itu Ada: Tampak di sini Bayu Aji Anwari pandai memilih kata sehingga puisi ini meski terbuka , enak dibaca karena pengaturannya yang piawai. :

Tuhan Itu Ada

Terus kucoba menemu makna
tanpa kata-kata
tanpa kawan di sana
Tiada keinginan pada ujung penglhatan
tipis menyelindap
tertanam dikedalaman
tandas hingga ke dasar
Tuan, tidakkah harus kau pastikan
tiap pilihan adalah keputusan
tiap keputusan adalah awal semua peristiwa
tiap peristiwa pastilah ada benar salah tentunya
Tentu ini tak lah perlu kita ragukan
titik dan koma telah menandainya
terbagi dalam batas masing-masing
tuan pastilah sudah mengerti
Tanda itu bergerak
tuan tak perlu gundah
tidak ada yang mesti kita perbincangkan
tiap hal sudah dalam genggaman-Nya
Tak perlu pula untuk bertanya
tanya hanya akan melahirkan kekacauan
tuan cukup dengan satu ketetapan
: tanpa keraguan.
Ndalem Pereng Kahfi
Ponpes Hidayatul Hikmah, 7 Agustus 2021

Masih seirama puisi-puisi di atas, Gusti Indra Setyawan mencoba membuka T dengan membuka tabir. Seakan memberi ketegasan pada puisi-puisi yang lain. Gusti tampak mengajak pembaca untuk memahami maksud dengan caranya. Ia begitu mengetuk dada namun pembaca diajak untuk terlebih dahulu merasakan. Bahwa sebetulnya apa yang terjadi adalah ujian dan cobaan untuk kita semua . Mari kita simak puisinya:

Tahukah Tentang Takdir

Tunggu pada saatnya nanti kau akan tahu
Terasa sudah getir seluruh tubuh darah memerah mendidih dan geram
Tiada mata yang terpejam semuanya memandang dengan penuh kebencian
Tak mudah untuk mengembalikan kepercayaan kami jika tanganmu tetap saja diam
Takluk pada takdir, selalu ingkar nikmat
Tidakkah kau merasa jenuh kawan? atau semua itu memang rekayasamu saja
Tahukah saat ini negeri ini mulai lesu
Tapi tak tampak oleh matamu yang biru
Tahukah negeri ini bagaimana?
Tanyakan pada Tuhanmu yang kian hari membencimu
Tapi...
Terukir rapi tindakanmu
Tersadar aku
Tanpamu
Tak apa- apa
Tanjung, 4 Agustus 2021

Masih senada juga diungkapkan oleh Imron Bintang. Penyair Waleri ini yang member terka T dengan sangat bagusnya. Dimana dalam puisi itu pembaca diajak untuk bertanya jawab sendiri dan akhirnya menemukan keyakinan. Imron Bintang berhasil membuat puisi ini berlagu dan tampak bobotnya.

Tuhan di Mayapada

Tuhan di mayapada
berubah T nya
menjadi tuhan tercipta
tuhan yang senantiasa diperebutkan
keterlibatan penakdiran iradatnya
dicemburui belaian lembut tangannya
diperdebatkan hakikat dan titahnya
diribut-ributkan kekuasaannya
bahkan dengan tabrak tata susila
diatas namakan pada tindak kejahatan
apakah Dia yang Arrohim
berpihak pada yang zolim?
tuhan di mayapada
seperti diciptakan umat manusia
mutlak diibadati pula oleh mereka
sehingga tiap-tiap jemaat
merasa paling dekat
merasa berwenang melarang menghalang
ibadat penyembah lain
yang tidak sama beryakin
apakah Tuhan yang sejati
telah hilang dari hati nurani?

Di Sisi lain Idg Hans Botor Trilambang tidak mau memberi alasan bahwa peristiwa alam dapat diraba. Ia menegaskan tak tahu apa semua itu. Bahkan menegaskannya lagi di baris terakhirnya di menegaskan ketidaktahuan manusia bahwa semuanya itu adalah kehendakNya yang tak dapat diraba-raba. Idg Hans Botor Trilambang mengemas puisinya begitu cantik sehingga pembaca meyakini penegasan Tidak Tahu Aku , berikut puisinya:
Botor Trilambang
Tidak tahu aku
Mengapa sang bayu mengamuk,meluluh lantakan semuanya
Tak peduli rumah pejabat,pondok bambu reyot semuanya disapunya
Tak peduli rumah bordil,rumah tempat orang sucipun disapunya
Tidak tahu aku
Mengapa Sang Khalik diam membisu,tangan Nya tidak terulur mengangkat semua derita
Tidak tahu aku
Kemana harus pergi berlindung
Setiap jengkal tanah ini berbau amis,bangkai kematian,bencana dan sakit penyakit tak henti hentinya
Tidak tahu aku
Mengapa bencana dan sakit penyakit tidak kunjung berhenti,merajai dan memagut nyawa manusia
Sungguh aku tak tahu
Sungguh aku tak tahu
Sungguh aku tak tahu
Genangan air mata dan darah bercucuran,dan hati yang hancur mungkin jadi jawabnya
Batu,12-7-2021

Adalah Che Aldo Kelana yang menemukan istimewanya puisi. Pembaca seakan merasa bahwa apa yang disampaikan dalam Terbit dan Terbenam adalah gambaran diri penyair tetapi juga gambaran diri pembacanya. Disini letak keistimewaan itu bahwa penyair telah dapat merogoh hati pembaca. Puisi pendek yang cukup manis Judulnya yang sederhana namun merupakan judul baru dan pilihan yang belum ada sebelumnya. Disinilah sebuah puisi menyatakan bahwa dengan pilihan kata sederhana pun mampu puisi itu menjadi hidup. Mari kita simak puisinya.:

Terbit dan Terbenam

Tentang sebuah catatan
ditiupkannya cinta
pada ketiadaan,
Tentang perjalanan
dibuainya cinta
dalam kerinduan,
Tentang kehidupan
didekapnya kerinduan
dengan do'a-do'a,
Tentang kepergian
direlakannya rindu dan cinta
jadi kenangan.
(Che Aldo Kelana)
Atambua, NTT - 2021

Seirama puisi-puisi di atas , penyair Burhans,
Burhan's juga memberi renungan malam . Sebuah renungan puisi dalam tiap-tiap manusia yang menyadari bahwa semua yang menimpa adalah bukti kebesaranNya. Puisi yang seolah-olah dicipta dalam perenungan / proses yang cukup untuk bersyukur dan menyadari bahwa kita hanya menjalani saja.

T

Temaram malam berkisah
Tentang pilu yang meresah
Tandangmu dalam lelapku
Takwilkan warna-warni harap
Tak adakah kiranya
Tepian gundah ini
Tagar-tagar kecil menggelitik jantung
Tengara kasih kian buram
Tertiup desah rayuan mantan
Tuhan,
Taklif ini merajamku
Tiamnya membunuh hasrat
Taringnya mengoyak minat
Teduhkan hati ini
Tekurkan dalam kuasa-Mu
Tengadahku dalam senyap doa
Tegaskan kelemahan hamba
Tiada daya dan upaya
Tatih kaki entah kemana
Tawajuhku ambyar
Takdir ini begitu menggusar
Bumi Gerbang Salam, 20 Agustus 2021

Menutup ulasan T tentang Kekuasaan Tuhan ditutup oleh puisi Hasan Bisri Bfc yang berjudul T. Penegasan pada puisi pendek ini memberi keyakinan pembaca akan kemuliaan T (Tuhan) dengan segala sifatnya . Seakan puisi Hasan Bisri Bfc ini merangkum kemuliaan Tuhan.
Tuhan berarti sesuatu yang diyakini, dipuja dan disembah oleh manusia sebagai yang Mahakuasa dan Mahaperkasa. Tuhan adalah merupakan suatu Zat yang "Maha Tinggi" yang tidak satupun orang menyamai bahkan segala sesuatu yang ada di dalam jagat raya ini, terlihat maupun tersembunyi (gaib) semuanya tergantung kepada-Nya.
Berikut puisinya :

T

Tahukan engkau apakah itu T?
T adalah awal mula ada sebelum lainnya
tiada t selain T
tempat bergantung segala di alam semesta
terangnya ada pada bulan, pada matahari, pada bumi
tenteram dan teduh dalam pangkuannya
tambatkan kepalan hatimu, gumpalan benakmu, juga geraklangkahmu, sebab
tujuan akhir keberadaan adalah memenuhi panggilannya
Tahukan engkau siapa itu T?
T adalah Zat yang Maha Tahu
tampungan segala kesah, rindu, takut dan harapan
T adalah teka teki abadi dan pada hati segalanya terbuka.

Demikian tafsiran puisi-puisi T dalam dalam antologi ini . Masih banyak puisi-puisi dalam buku ini yang lebih layak untuk ditelaah. Karya-karya penyair Indonesia modern memiliki kekhas-an tersendiri bahkan kemajuan perkembangan sastra Indonesia. T menjadi sebuah isyarat akan perkembangan itu.
Bogor, 17 Juli 2021
(08-08-21 Rg Bagus Warsono, kurator sastra di Lumbung Puisi)