/ artikel

Menulis Lah, Jika Engkau Merasa Lelah Aluh Srikandi

Menulis Lah, Jika Engkau Merasa Lelah
Aluh Srikandi
Dunia literasi memang bukan sebuah hal yang asing bagi saya, karena literasi itu sendiri bukan hanya menulis cerpen atau puisi, tetapi membaca juga bagian dari literasi. Apalah artinya sebuah tulisan jika tidak ada yang membacanya.
Sejak mulai bisa membaca, saya sudah mulai membaca buku. Sejak kelas tiga sekolah dasar, saya mulai rutin berkunjung ke perpustakaan. Ketika mulai beranjak remaja, kebiasaan membaca tersebut tidak lantas hilang begitu saja. Tahun 2021, ketika berusia 11 tahun, saya memasuki sekolah menengah pertama. Karena paling kecil di kelas, saya sering dibully. Untuk menghindari pembullyan tersebut, saya sering ke perpustakaan. Perpustakaan itu bagaikan surga bagi saya, karena selain tempatnya tenang, di dalamnya penuh dengan berbagai macam ilmu pengetahuan. Selama tiga tahun saya menempuh pendidikan di SMP, selama itu pula, setiap istirahat pertama dan kedua saya pun berada di sana. Perpustakaan sudah seperti kamar bagi saya.
Kemudian, saya lulus SMP, melanjutkan ke SMA. Berangkat dari pengalaman sering kena bully di SMP, saya sedikit ketar ketir. Awalnya saya menghindari untuk berteman, sering menyendiri di teras kelas sambil membaca buku. Namun, kekhawatiran saya tidak beralasan, ternyata teman-teman SMA saya itu sangat menyenangkan.
Meskipun predikat kutu buku itu selalu identik dengan istilah cupu, culun, Alhamdulillah, bagi saya istilah itu berhasil di singkirkan. SMA, merupakan tempat saya mengembangkan diri, tanpa meninggalkan kebiasaan membaca tersebut.
Masa SMA merupakan masa-masa terindah buat saya kenang, karena di SMA, saya tidak tenggelam, tetapi mulai bersinar. Berkat kebiasaan membaca, predikat juara pertama selalu saya raih, pada ajang pemilihan ketua OSIS, saya berhasil memenangkan hati teman-teman satu sekolah untuk memilih saya (karena saya selalu membaca, bagaimana, sih, public speaking yang baik, belajar bagaimana menjadi seorang pemimpin). Bahkan selama tiga tahun di SMA, tiga kali saya menjabat sebagai ketua OSIS, dua kali sebagai ketua kelas, tiga kali menjadi paskibra. Dan, itu semua tidak terlepas dari ilmu yang saya peroleh saat membaca buku.
Saat kelulusan SMA, saya mendaftar kuliah dengan beasiswa penuh (kalau tidak salah itu dari dinas perdagangan). Dulu, saya memilih ingin kuliah ke ITB. Qadarullah, Allah SWT, melalui perantara orang tua, tidak mengizinkan melepaskan anak perawannya untuk merantau ke pulau seberang dengan berjuta alasan.
Sejak saat itulah, dunia saya hancur. Mimpi saya lenyap, angan-angan menjadi seorang mahasiswa hilang, cita-cita untuk menjadi seorang guru terenggut. Dulu, belum ada yang namanya ponsel android. Saya melampiaskan semua kekecewaan itu kedalam bentuk tulisan di buku diary, saya curahkan semua kesakitan itu. Dan saat saya sudah dewasa, saya menjadi malu sendiri ketika membaca tulisan-tulisan tersebut. Ternyata dulu saya secengeng itu, hahaha.
Tahun 2007 saya lulus SMA, semua mimpi indah itupun terkubur dalam-dalam, bahkan saya sudah melupakan cita-cita saya. 12 tahun telah berlalu (jangan tanya, saya ngapain saja, hehe), pada tahun 2019, saat itu saya sudah mempunyai hape Android. Melalui hape tersebut, saya banyak membaca kisah-kisah yang dituliskan oleh beberapa penulis FB. Saat itu, saya tergabung di grup Habar Berita Kandangan. Dulu, di Grup HBK itu seminggu sekali, ada dimuat tulisan seorang penulis dengan nama pena Bond. Sekali dia meupload tulisan, ratusan like pun didapatkannya, belum lagi berbagai komentar yang isinya sangat memuji tulisannya. Karena saya suka sekali membaca, saya juga salah satu yang menanti tulisan akun tersebut. Tahun 2019, Bond viral sebagai seorang penulis yang berdomisili di HSS.
Saya sangat akrab dengan penulis tersebut, suatu ketika, saya mendapatkan inbox dari Bond, "Mbak, saya membuat sebuah grup khusus kepenulisan, Mbak saya undang bergabung ke grup tersebut, saya tidak meupload tulisan saya di HBK lagi, jadi biar di grup khusus literasi saja."
Grup FB yang dibuat oleh Bond itu bernama Komunitas Menulis Banua, saya pun segera bergabung. Beberapa bulan setelah bergabung, sang penulis viral yang juga pemilik grup itu (Bond) dengan dukungan penuh dari bupati HSS, mengadakan lomba menulis cerita bahasa Banjar.
Hati saya pun terketuk untuk mengikuti lomba tersebut, saya berkata dalam hati, "Selama ini saya selalu membaca tulisan orang, apa tidak lebih baik banting setir menjadi seorang penulis saja, ya? Sepertinya tidak ada yang salah, jika saya berani mencoba."
Bermodalkan tekad yang kuat, saya mengikuti perlombaan tersebut, dan Alhamdulillah saya berhasil meraih juara kedua. Awalnya saya tidak percaya, begitu memenangkan perlombaan tersebut. Rasa nggak mungkin gitu.
2020 dan 2021, merupakan tonggak awal literasi FB mulai bermunculan. Tidak puas, mengikuti lomba di grup Komunitas Menulis Banua yang notabene hanya grup lokal saja, saya mulai mengembangkan sayap. Apalagi tahun 2020, saya sudah dipercaya oleh Bond, untuk menjadi admin di grup Komunitas Menulis Banua tersebut. Dan, ternyata beberapa tulisan saya itu banyak dinantikan oleh para pembacanya. Saat itulah, saya mulai membangun branding, sebagai seorang penulis abal-abal. Kenapa abal-abal? Karena saya belum begitu memahami apa itu KBBI, EYD, dan sederet peraturan dalam dunia kepenulisan.
2020-2021 itu saya sering ikut event menulis pada beberapa grup maupun penyelenggara di FB, tetapi selalu kalah, tidak pernah menjadi juara. Saya tidak patah semangat, saya selalu membaca karya pemenang, apa sih, yang bikin tulisan mereka itu bagus? Balik lagi, saya kembali membaca dan mempelajari tulisan-tulisan tersebut. Yang namanya belajar tanpa guru, pasti lah tidak sesempurna belajar kepada ahlinya, pastilah ada kekurangan tersendiri.
Selama dua tahun, saya lebih asyik mendalami peran sebagai seorang penulis misterius, yang hanya tampil di FB, dengan nama pena Aluh Srikandi. Bahkan, selama menjadi penulis misterius itu, saya memiliki dua akun FB, satu akun Aluh Srikandi sebagai penulis, satu lagi, akun pribadi dengan nama berbeda yang berteman dengan tetangga dan bos dikerjaan. Yah, begitulah saya memang ribet karena tidak ingin diketahui oleh umum, siapa Aluh Srikandi itu sebenarnya. Dan, jujur saja, akun dengan nama Aluh Srikandi itu, sangat terkenal dari HST, HSS, bahkan sampai ke Banjarmasin, teman-teman dari pulau seberang, dan ada juga beberapa "Aluh Family" yang berada di Malaysia dan Saudi Arabia.
Agustus 2021, Asyikasyikdotcom, sebuah harian online pimpinan Om Sandy Firly (salah satu senior dunia literasi) bekerjasama dengan Balai Bahasa Kalsel mengadakan audisi yang bertajuk Kelas Menulis Kreatif. Saya mengikuti audisi tersebut, ternyata naskah saya belum termasuk kriteria. Karena, saat pengumuman peserta, nama saya tidak tercantum di situ.
Namun, dua minggu setelah pengumuman, tiba-tiba ada inbox dari Kak Hudan Nur (senior literasi dan Duta Baca Banjarbaru) meminta nomor telepon, beliau menelpon saya, mengabari jika saya harus masuk ke Kelas Menulis Kreatif tersebut menggantikan salah satu peserta yang mengundurkan diri.
"Alhamdulillah, rejeki memang tidak kemana."
Selama delapan minggu, kami digembleng dengan penuh kesabaran oleh Om Sandi dan Kak Hudan via aplikasi Zoom. Berbagai materi yang disampaikan saya coba untuk menyimaknya, dan tidak tahu untuk bertanya jika ada yang belum saya pahami. Secerewet itu memang diri saya, bahkan saat materi via zoom itu, Kak Hudan selalu tertawa, karena kata beliau cuman saya yang selalu on cam dari awal sampai kelas berakhir. Iyalah on cam, karena dengan menatap muka guru, saya berhasil menyerap semua ilmu yang diberikan.
Setelah kelas berakhir, saya dinyatakan lulus sebagai penulis terbaik kedua versi Kelas Menulis Kreatif. Dari 20 murid yang ikut kelas, saya satu-satunya perwakilan dari Balangan. Kalo Nanang Reza, dia dulu ikut perwakilan HST. 12 dari 20 peserta kelas tersebut dinyatakan lulus dengan nilai yang memuaskan. Dan, keluar dari kelas inilah, awal nama Aluh Srikandi mulai dikenal di dunia nyata.
Saat itu, Aruh Sastra Kalimantan Selatan di adakan di Balangan, tiba-tiba saya mendapatkan chat dari Om Sandi jika hadiah dan sertifikat saya dari kelas menulis akan diserahkan. Dan, hari itulah, bersama dengan lima orang sastrawan senior Kalsel, saya ikut berdiri di panggung kehormatan ASKS untuk menerima piagam penghargaan. Lima senior sastrawan itu mendapatkan bintang jasa, saya menerima piagam penghargaan.
Di acara ASKS itu pula awal saya berjumpa dengan beberapa sahabat penulis yang saya kenal di FB, seperti Kak Ratih, Bunda Hatmiati, Kak Nurul Risa, Bapak Aliman dan beberapa tokoh literasi lainnya. Selama tiga hari saya diajak berkeliling oleh Bapak Fahmi Wahid, selaku sastrawan senior Balangan, untuk berkenalan dengan orang-orang penting dunia literasi.
Semua itu memang terlalu cepat, baru dua tahun mendalami peran sebagai orang misterius, tiba-tiba, bummm! rahasia saya terbongkar, banyak orang menyambut saya dengan penuh suka cita, tak terkecuali keluarga, kepala desa, tetangga. Heh, ternyata begitu membagongkan, hehe.
Akhirnya, saya mulai bisa menerima semua itu. Saya kembali menekuni dunia kepenulisan dengan tekun. Saya senang mengikuti lomba menulis, baik yang diselenggarakan oleh komunitas lokal, maupun dari komunitas atau indie dari pulau seberang. Ada sekitar 16 cerpen saya yang berhasil memenangkan perlombaan-perlombaan yang saya ikuti, semuanya diabadikan menjadi buku-buku antologi bersama.
Adakalanya saya sangat lelah menghadapi hidup ini, tetapi saya tidak ingin menyerah, semua lelah itu saya alihkan ke dunia baru yaitu dunia literasi. Sebuah tempat dimana saya berhasil menciptakan dunia baru dari keruwetan yang saya hadapi.
Dari menulis pula lah, saya mendapatkan tawaran bermain film dan iklan beberapa warung atau produk lokal. Sebuah film bergenre komedi, yang di produksi kabupaten HSS. Kenapa harus HSS? Karena saya belum dikenal di Balangan, kebanyakan teman-teman saya itu, "Aluh Family" mayoritas dari HSS. Dengan dukungan penuh dari Dinas Perpustakaan HSS, film yang berjudul Janda Surat Sabalah pun rilis beberapa episode, dan ditayangkan di grup Komunitas Menulis Banua.
Bersama Komunitas Menulis Banua pula lah saya tumbuh, menulis beberapa buku antologi bersama, belajar menjadi seorang editor untuk menerbitkan buku.
Selain itu, saya juga sering menerima beberapa kali tawaran menjadi juri dari beberapa perlombaan menulis cerpen online. Dan, berkat bapak Fahmi Wahid, saya juga pernah menjadi juri pada lomba baca puisi di dunia nyata.
Alhamdulillah, Dinas Pendidikan kabupaten Balangan pun ternyata sangat tanggap dengan saya, mereka menyambut bakat menulis saya dengan mengajukan kontrak untuk menulis sebuah toponimi yang diberi judul "Sejarah Nama-Nama Desa di Kecamatan Batumandi".
Meskipun basic saya sebagai seorang penulis cerpen, tetapi saya berhasil meraih piala Bunda Sri sebagai juara kedua event cipta puisi yang diadakan oleh TP PKK Balangan.
Dan, entah ilham dari mana Bapak Fahmi Wahid tiba-tiba menarik saya untuk bergabung ke Teater Sanggam Balangan. Saya pun sangat senang, karena bakat saya menakut-nakuti pembaca mengalami peningkatan menjadi menakut-nakuti penonton, hehe, konyolkan?
Meskipun dikenal orang itu tidak enak, karena banyaknya beban mental yang terpikul di pundak, tetapi percayalah selalu ada jalan menuju cita-cita yang telah patah.
Jika kalian mengalami sebuah luka dan kegagalan, jadikan hal tersebut untuk menggali potensi lain pada dirimu. Dulu saya bercita-cita ingin menjadi guru, setelah puluhan tahun berlalu cita-cita itu kandas, tetapi berkat menjadi seorang penulis, saya pun merasakan bagaimana rasanya menjadi guru, meskipun hanya sebagai seorang tutor di paket B dan C. Sekarang saya bisa menghadapi puluhan murid-murid di dalam kelas karena seorang Kakak idola telah memberikan saya kesempatan untuk mengajar di sekolah yang beliau pimpin. Meskipun hanya sementara, tetapi saya sangat berterima kasih kepada Kak Murjiah, karena beliaulah, saya pun merasakan bagaimana suka duka sebagai seorang tenaga pendidik. Sebuah hal yang mustahil, tetapi bisa dipatahkan oleh sebuah perumpamaan, "Banyak Jalan Menuju Roma."
Meskipun cita-cita saya pernah patah, tetapi saya berhasil menggapainya.
Jadikan lukamu sebagai cambuk menjadi seorang yang lebih berarti dalam hidupmu.
Galilah semua potensi terpendam dalam dirimu, jadikan kelemahan yang kau miliki sebagai kekuatan baru dalam mengarungi jalan hidupmu.
Balangan, 23 Agustus 2023
Rohana Mardiati
(Aluh Srikandi)