/ Mengenal Sastrawan Indonesia

Mengenal Sastrawan Indonesia Selasih / Seleguri

Selasih_-Sariamin_Ismail--

Selasih / Seleguri nama aslinya Sariamin Ismail (31 Juli 1909 – 15 Desember 1995) adalah penulis Indonesia yang tercatat sebagai novelis perempuan pertama di Indonesia. Ia sering memakai nama samaran Selasih dan Seleguri atau gabungan keduanya. Novel pertamanya berjudul Kalau Tak Untung diterbitkan oleh Balai Pustaka pada 1934. Ia menulis untuk sejumlah surat kabar termasuk Pujangga Baru, Panji Pustaka, Soeara Kaoem Iboe Soematra, Sunting Melayu, Sinar Soematra, dan Bintang Hindia. Bersama kepindahannya ke Kuantan sejak 1941, Sariamin duduk sebagai anggota DPRD Riau setelah terpilih pada tahun 1947. Ia terus menulis selama sisa umurnya.
Sewaktu di Bukittinggi, Sariamin aktif mengikuti kegiatan organisasi. Dari tahun 1928 hingga 1930, ia mengetuai perkumpulan pemuda Islam Jong Islamieten Bond (JIB) bagian wanita untuk wilayah Bukittinggi. DI JIB, ia bertemu dengan kepala sekolah tempatnya mengajar, Syarifah Nawawi yang merupakan Ketua Serikat Kaum Ibu Sumatra (SKIS). Setelah gedung baru MNS Padangpanjang selesai pada 1930, Sariamin kembali ke kota itu bersama kepindahan kegiatan belajar mengajar MLS ke sekolah tersebut. Di Padangpanjang, Sariamin mengetuai cabang SKIS dan menulis untuk majalah Soeara Kaoem Iboe Soematra, majalah yang dikelola oleh perempuan. Selain itu, ia membagi waktunya untuk mengajar di sekolah swasta Diniyah School dan menjadi pengasuh tetap "Mimbar Putri" di surat kabar Persamaan. Pada era 1930-an, ia sudah menjadi wartawan dan penulis yang cukup vokal di majalah perempuan Soeara Kaoem Iboe Soematra. Ia mengutuk poligami dan menekankan pentingnya hubungan keluarga inti di Minangkabau lewat Soeara Kaoem Iboe Soematra. Sementara itu, Sariamin dalam Harian Persamaan mengkritik ketidakadilan peraturan gaji bagi pegawai wanita, terutama guru wanita.

Selain menulis di surat kabar dan majalah lokal, Sariamin juga menulis untuk Poedjangga Baroe dan Panji Pustaka. Ia menulis untuk menambah penghasilan sehari-hari dan membiayai kegiatan organisasinya. Ia menggunakan beberapa nama samaran untuk mencegah kemungkinan ia ditangkap akibat tulisan-tulisannya oleh Politieke Inlichtingen Dienst (PID). Dari sejumlah nama samaran yang ia gunakan, ia lebih dikenal dengan nama Selasih yang ia gunakan dalam novel pertamanya. Sejumlah nama samaran lain yang pernah ia gunakan yaitu Seleguri, Sri Gunung, Sri Tanjung, Ibu Sejati, Bundo Kanduang, dan Mande Rubiah.

Pada 1933, ia menerbitkan novel pertamanya, Kalau Tak Untung yang menjadikannya sebagai novelis perempuan pertama dalam sejarah Indonesia. Diterbitkan oleh Balai Pustaka milik pemerintah, konon inspirasi novel ini adalah beberapa kejadian nyata dalam hidupnya yaitu tunangannya yang menikahi wanita lain, dan kisah dua sahabat kecilnya yang saling jatuh cinta namun tak bisa bersatu. Ia kembali menerbitkan novel pada tahun 1937 berjudul Karena Keadaan.
Karyanya : Kalau Tak Untung (1933)
Pengaruh Keadaan (1937)
Puisi Baru (1946; antologi puisi)
Rangkaian Sastra (1952)
Seserpih Pinang Sepucuk Sirih (1979; antologi puisi)
Panca Juara (1981)
Nahkoda Lancang (1982)
Cerita Kak Murai, Kembali ke Pangkuan Ayah (1986)
Ungu: Antologi Puisi Wanita Penyair Indonesia (1990)