/ Nominasi Buku Sastra 2024

Ibu Doa dan Cinta, Nominasi Buku Sastra 2024

Ibu Doa dan Cinta, masuk Nominator Buku Sastra Nasional versi Lumbung Puisi 2024. Kumpulan puisi yang bertajug ibuku patut mendapat apresiasi tinggi. Ibu tak hanya bagi penulis "Ibu Doa dan Cinta" tetapi merupakan gambaran bagaimana seorang ibu dimata pembaca dimata putra putrinya.
Memang banyak puisi tentang ibu, ibu kandung kita, tetapi A.Rahim Eltara menghimpunnya dalam sebuah antologi yang menyimpan kenangan, kekaguman, kegigihan, perjuangan, kemulian, cinta dan doa. Sebuah antologi yang bermanfaat sebagai cermin budi pekerti, dan keteladanan.
Ibu yang membesarkan kita itu ditulisnya dalam puisi puisi yang menyayat, haru, menyimpan kenangan dan juga penghomatan serta doa untuk ibu. A.Rahim Eltara menoreh kata-katanya dalam puisi puisi yang elok. Membaca buku ini Seakan hanyut dalam bayangan ibu.
Buku yang dikata-pengantari Prof.Dr.HM Galang Asmara, SH.M.Hum, Guru Besar Universitas Mataram ini diterbitkan Teras Budaya, Jakarta tahun 2024. Galang Asmara menuturkan bahwa puisi-puisu di Ibu Doa dan Cinta ini sangat tinggi majasnya. Begitu juga penulis mengagumi buku ini sebagai potret perjuangan seorang ibu membesarkan putra-putrinya. Bayangan ibu akan telintas jika membaca buku ini, sedih haru ,menyesal, namun juga bangga sebagai anaknya.
Baiklah kita lihat cuplikan puisi-puisi Ibu Doa dan Cinta ini:
Memandang Potret Ibu
//memandang potret ibu
pada sisa tumpahan air mata tahajud/
/rindu mengaduh pada langit
bagai sepasang kekasih/
/takluk dalam doa
aku yakin tak sendiri//.
Membaca puisi di atas betapa kerinduan pada ibu itu slalu dimata anaknya. Puisi ini membangun apresiasi pembaca, meski puisi pendek tetapi luas seluas dunia.
Pada puisi lain kita lihat cuplikannya:
Di Atas Sejadah Cinta
//.../
/ Jika engkau minta aku
menulis narasi tentang cinta jasihmu
maka tak akan mampu/
/kutulis dengan air mata selautan/
/Jika engkau minta aku
mencari surga
maka akan kutemukan di sebutir debu kakimu//.
Demikian A.Rahim Eltara menuliskan kerendahan hati bahwa tak sekuku-ireng balasan anak kepada jasa ibu dibanding pengorbanan ibu.
Masih banyak puisi apik lainnya di buku ini, judulnya pun menghentak dan menyayat.
A.Rahim Eltara, lahir di Sumbawa 16 Oktober 1962.
Menamatkan universitas pendidikan, kemudian menjadi guru. Tulisannya di muat di koran lokal dan nasional. Menulis antologi puisi tunggal dan bersama. Tinggal di Sumbawa .
Selamat!
(Rg Bagus Warsono, kurator utama di Lumbung Puisi).
010