/ puisi

SURAT DARI HUTAN BELANTARA, Naim Emel Prahana

Sajak
Naim Emel Prahana

SURAT DARI HUTAN BELANTARA

Diselimuti cuaca selalu dingin sampai tulang sumsum
kami mengirim kabar dalam satu harapan
pagi itu dengan berjalan kaki mengantarkan surat
dikirim melalui kantor pos yang jaraknya puluhan kilometer
langkah pantang surut selagi kaki kuat melangkah
melalui jalan berliku turun gunung
menelusuri jalan setapak di lereng bukit
menghantar amplop lusuh bekas bungkus terasi
harap sampai di tangan presiden dan pengusaha
“jangan eksploatasi lagi hutan kami demi itu alasan ini”
Berhentilah menggunduli hutan belantara kami
pertengahan isi surat kami menginginkan
patok-patok perluasan kawasan hutan lindung
sampai di dinding dapur rumah di kampung
bawa kembali ke ibukota
kami bukan merusak hutan sendiri
siang malam dijaga memungut dahan ranting yang patah
untuk kayu bakar menanak nasi dan merebus air
demikianlah cara kami hidup turun temurun
hutan tetap lestari!
Bagian terakhir isi surat
bertanya dan meminta agar peraturan-peraturan
diterbitkan hanya bermanfaat untuk penguasa
harus dicabut!
Rumah—rumah kami terbuat dari kayu
sejak ribuan tahun lalu
tidak sembarangan menebang kayu
kayu pilihanlah jadi rumah tunggu
turun temurun sejak dahulu kala
kenapa kami ditangkap
hanya mengambil pohon yang tumbang
sedangkan pepohonan hutan kami ditebang
sekian ribu hektar menjadi gundul
jika perkebunan berhasil hasilnya dibawa
ke luar negeri
sedang penjaga hutan adalah kami
turun temurun tetap harmoni
tak terbilang rentang waktu
hutan terjaga rapih
tak tergerus irama mesin gergaji
wahai presiden negeri
cukuplah kekuasaan oligarkimu
biarkan kami hidup berkembang
bahagia bersama alam yang asli.
Februari 2024.