/ Tandem

Idola dan mengidolakan, Rg Bagus Warsono

Idola dan mengidolakan
Mengidolakan seseorang dalam hal ini sastrawan dimiliki oleh setiap orang juga penyair sebagai sebuah apresiasi. Di dunia sepak bola telah terbiasa pemain sepak bola mengidolakan bintang sepak bola. Di dunia politik tlah terbiasa politikus mengidolakan tokoh legendaris politikus. Di dunia seniman wayang tlah terbiasa dalang Junior mengidolakan dalang kesohor Ki Nartosabdo misalnya.
Di balik itu bintang pun memiliki fans (penggemar) sedikit atau banyak fans penggemarnya membawa pengaruh terhadap nama besar.
Kecenderungan mengidolakan sosok seseorang biasanya dikarenakan karya yang membumi yang dikagumi pengidolanya. Meskipun tak dapat dipungkiri banyak fans mengidolakan seseorang karena ujud orang itu cantik, tampan tlah menjadi perbincangan tanpa melihat apa karya yang dikaguminya.
Melalui antologi Tandem kita tak hanya mengenal idola itu pada ujud fisiknya tetapi lebih karena pada karya bermutu yang diidolakan.
Misal aku mengagumi Pramudya Ananta Toer karena ia adalah penulis dengan karya bermutu. Aku mengagumi Ki Nartosabdo karena ia dalang wayang yang piawai di panggung dengan paken yang benar. Aku mengagumi Ebiet G Ade karena pencipta lagu yang syair nya luar biasa. Aku mengagumi Sam Saimun karena ia bersuara merdu dan teratur. Aku mengagumi Nelson Mandela karena ia asli pejuang yang menentang apartheid.
Dan sebagainya.
(bersambung, Rg Bagus Warsono)