/ artikel

Presiden Mengkampanyekan Kebodohan dan Kedustaan

Demikian parahnya krisis bangsa ini, tak hanya fundamental tetapi juga krisis ahlak. Jika dulu orang mengatakan pantas ia melakukan perbuatan melanggar hukum karena kurang pendidikan, sekarang justru dilakukan oleh orang-orang yang berpendidikan tinggi. Yaitu misalnya mendukung orang yang nyata-nyata melanggar hukum, mendukung kemunafikan dan membenarkan sesatu yang nyata melanggar aturan negara bahkan agama.

Indonesia memang aneh, kecurangan pemilu yang nyata sengaja (misalnya rame-rame nenyoblos ratusan surat suara paslon tertentu oleh sekelompok orang sehingga di sebuah TPS sebelum dan sesudah pemungutan suara sehingga menggelembungkan jumlah suara paslon tertentu) dianggap kesalahan teknis dan diamini oleh banyak orang berpendidikan. Dari peristiwa ini alangkah menurunnya daya pikir bangsa ini, dalam 78 tahun Indonesia merdeka, diusia yang seharusnya matang dalam berfikir.

Semakin tak mengerti saja pejabat negara diisi sesuai "wudel dewek". Ini sebuah pembodohan bangsa dimana profesionalitas dan latar pendidikan yang sesuai seseorang tidak dihargai lagi dan tidak dipandang oleh pemerintah sebagai persyaratan jabatan tertentu. Dan semakin tak dimengerti juga ketika yang memiliki gelar pendidikan tinggi justru 'mencium tangan orang yang diangkat sebagai pejabat itu.

Seorang tukang bangunan saja berfikir stok pangan keluarganya, dan mengatur ekonomis dengan membagi pendapatan untuk hidup beberapa hari kemudian dengan penghasilan yang ada, usaha sambilan lain sebagai cadangan. Dan kita semua salut melihat itu. Di tingkat negara, orang berpendidikan sudah masa bodoh dan tak peduli melihat kondisi perekonomian negara ini, penggunaan keuangan jor-joran, korupsi dan hutang negara yang semakin membumbung.

Yang lebih heran lagi sebuah dosa, perbuatan yang melanggar aturan yang diperlihatkan pada publik, justru dianggap sesuatu yang tidak bersalah bahkan justru oleh pelakunya. Misalnya sudah jelas ia yang melakukan dan diketahui publik tetapi oleh orang itu sekan tidak pernah melakukan atau mengatakannya, padahal rekaman itu ada . Bahkan lucunya lagi, ada yang baru saja ia bicara sejam yang lalu lalu dipungkiri oleh dirinya sendiri.