TANDEM, JALAN PENERANG MENUJU WILAYAH PERPUISIAN INDONESIA oleh Wawan Hamzah Arfan
TANDEM, JALAN PENERANG MENUJU WILAYAH PERPUISIAN INDONESIA
oleh Wawan Hamzah Arfan
Sebuah pernyataan yang ditulis RgBagus Warsono di Lumbung Puisi yang mengatakan bahwa "Sebetulnya Lumbung Terang Benderang" sangat mengusik perhatian saya, dan benar adanya. Karena selama mengikuti kegiatan Lumbung Puisi saya melihat ada jalan penerang menuju arah ke dunia Sastra dan khususnya wilayah perpuisian Indonesia. Terutama dalam menyikapi dan menyiasati kegiatan bersastra
RgBagus Warsono selaku Komandan Utama Lumbung Puisi yang bermarkas di Indramayu sering membuat gebrakan nyeleneh dan gila. Bagaimana tidak nyeleneh dan gila-gilaan, bisa kita perhatikan pada saat akan mengadakan kegiatan sastra. Ia tidak pernah memperhitungkan persiapan yang matang, cukup seadanya dengan bermodalkan nekad. Apakah kegiatan itu akan ada yang datang atau tidak, bagi RgBagus Warsono tidak penting. Di sinilah kenekadan dan spekulasi kelas dewa seorang RgBagus Warsono yang tidak dimiliki oleh pemerhati sastra lainnya. Anehnya lagi, setiap RgBagus Warsono meluncurkan sebuah gagasan baru, boleh dikatakan sebagian besar orang yang menggeluti dunia sastra yang berada di tanah akhir justru meresponnya dengan baik. Di sini saya melihat sosok RgBagus Warsono sebagai Sastrawan Indigo yang mampu menerawang kehidupan dunia sastra Indonesia di masa mendatang.
Belum lama ini di awal tahun 2023, RgBagus Warsono kembali membuat gebrakan lagi yang sangat mengejutkan, yaitu Antologi Puisi Tandem. Benar-benar sebuah rancangan briliant yang tidak pernah terpikirkan oleh sastrawan lainnya. Saya sendiri sempat geleng-geleng kepala dengan ulah RgBagus Warsono yang makin menggila dalam melakukan terobosan baru.
Terus terang saja, gagasan baru RgBagus Warsono membuat Tandem selain mengejutkan juga bikin bingung. Bagaimana tidak bingung? Nanti yang masuk Tandem itu sayaratnya penyair yunior (pemula) bergandengan dengan senior (matang berkarya).
Nah di sinilah saya melihat kepiawaian RgBagus Warsono dalam mengacak-acak pikiran penyair Indonesia. Secara tidak langsung RgBagus Warsono ingin menanamkan konsekuensi seorang penyair dalam berkarya untuk selalu arif dan instrospeksi diri. Karena saya sendiri melihat ada beberapa penyair yang puisi-puisinya sudah banyak tersebar di puluhan antologi bersama mengaku dan merasa dirinya hebat sebagai penyair mapan, padahal dalam menulis puisi baru lima tahun terakhir. Luar biasa memang RgBagus Warsono membuat kegiatan yang tanpa disadari mirip "Uji Nyali" dunia lain, bukan dunia astral tapi dunia penyair.
Kehadiran Tandem bagi saya sangat berarti , karena setidaknya akan mengasah kembali kreativitas saya yang mengalami kelesuan. Saya sebagai penyair yang sudah menggeluti dunia puisi sejak tahun 80-an bisa dibilang mapan, namun tidak menutup kemungkinan karya saya saat ini kurang baik. Bisa saja puisi saya tidak sebaik pemula. Atas dasar itu saya menerima pinangan dari seorang penyair bernama Puspasari. Apalagi nama Puspasari tidak asing bagi saya, karena beberapa puisinya pernah bareng dalam beberapa antologi. Bahkan saat ini saya dengan Puspasari sudah berkomunikasi dengan baik. Hanya saja ketika Puspasari minta kepada saya untuk memperbaiki puisinya, saya menjawab tidak bisa. Alasan saya, bukan berarti saya tidak mau membantu, karena dengan memperbaiki berarti saya sudah mengebiri imajinasinya. Saya hanya bisa memberi saran, puisi yang sudah ditulis, dibaca ulang dan terus direvisi hingga pada akhirnya menemukan diksi dan identitas karyanya sendiri. Bahkan saya berharap puisi-puisi Puspasari harus lebih bagus dari puisi-puisi saya pada Antologi Tandem nanti.
Kiranya hanya itu yang bisa saya sampaikan dalam memberikan apresiasi terhadap gagasan RgBagus Warsono tentang Antologi Puisi Tandem. Salam kreatif dan angkat topi kepada RgBagus Warsono yang selalu meluncurkan gagasan yang sering kali mengejutkan dan bikin orang geleng-geleng kepala.
Salam Tandem!
Cirebon, 24 Januari 2023