Surabaya Musim Kemarau, Nominasi Buku Sastra 2024

043. Surabaya Musim Kemarau

Surabaya Musim Kemarau, antologi puisi karya Aming Aminoedhin masuk Nominasi Buku Sastra Nasional 2024 versi Lumbung Puisi. Wajah Surabaya terus berubah seperti kota-kota lain, namun perubahan setiap kota, akan lain dimata penyair . Seperi Surabaya Musim Kemarau gambaran yang dikemas dalam puisi. Memotret semua hidup dan kehidupan, objek dan alam yang dibidik tentu memiliki warna lain dimata seorang penyair.
Surabaya Musim Kemarau, seperti kita berada.di sana, kota Pahlawan , metropolitan kedua setelah Jakarta. Puisi-puisi di Surabaya Musim Kemarau menceritakan itu seperti Simpang Lima Blauran, Senja di Stasiun Kota, Tanjung Perak Malam Kesekian, Sepiring Nasi Kaki Lima, THR Surabaya, sampai Menyusuri Jalan Kota Surabaya dan lain lain. Dan puisi-puisu tersebut tak hanya diciptakan tahun-tahun terkini tetapi juga tahun 80-an sehingga kita tahu Soerabaja tempo dieloe.
Surabaya Musim Kemarau diterbitkan oleh Dwi Djaya Surabaya, dan dicetak berulang-ulang. Penulisnya Aming Aminiedhin adalah penyair kelahiran Ngawi, 22 Desember 1957, Aming Amuniedhin memasuki Universitas Sebelas Maret Surakarta . Puis-puisunya sudah tampil di koran nasional sejak tahun 80-an. Memiliki beberapa antologi tunggal dan tinggal di Mojokerto.
Berikut cuplikan baitnya dari salah satu judul di Surabaya Musim Kemarau:

Memandang Surabaya Kini

//.../
/bila malam melangkah
Kalimas kini begitu indah
lampu-lampu taman kota
berkerlipan di cermin
alirnya air Jalimas nan jernih/
/senja hari tiba
taman kora pinggir Kalimas
menjanjikan arena bermain
tanpa bayar bagi anak-anak kota
hingga puas/
/ memandang Surabaya kini
seperti masuk kota mimpi
segala disulap begitu gemerlap
lampu-lampu iklan dijalanan
perempuan bagai peri berjajar
di jalanan menebar birahi
bagi lelaki kesepian/
/....//

Demikian puisi indah Aming Aminoedhin di Surabaya Musim Kemarau. Aku mau kesana! Tunggu bidadariku.
Selamat.

( Rg Bagus Warsono, kurator utama di Lumbung Puisi).
Selamat