Seribu Kisah di Jalan Diponegoro, Nyanyian Pemulung Sukismiati
Seribu Kisah di Jalan Diponegoro, Nyanyian Pemulung Sukismiati
Jombang kini kaya dengan penyair. **Sukismiati menginjak mapan dalam usianya menjelang 45 tahun. Puisi-puisinya kini dibukukan dalam Secercah Harapan seperti harapannya Sukismiati sendiri sebagai penyair yang mengarungi prosesnya.
Terungkap dalam Seribu Kisah di Jalan Diponegoro.
*//Aroma bayangmu menggelora jiwa,
Saat warna mengeja aksara
Pada hati mengusir rindu
Terjebak dalam lorong waktu/
/Janji tersimpul mati terkait pertemuan keluarga kini dimulai
Luhur budi kasih sukar terpisah dalam diri merindui
Menabur kasih, menyemai sayang
Subur menghujam pada taman kerinduan./
/....//*
Dua Bait dari tiga Bait Seribu Kisah di Jalan Diponegoro tampak padat berisi, penyair yang pandai membungkus kisah dengan indah. Meski berkutat pada cinta ia membawa pembaca dalam untuk memasuki celah minat baca (apresiasi) melalui judul yang apik.
Ternyata Sukismiati juga melihat sisi lain. Dalam puisi puisi di antologi ini dengan Nyanyian Pemulung.
Puisi yang merasai kehidupan seseorang (pemulung)
dengan potret tulisan yang baik. Mari kita lihat Bait penutupnya:
Nyanyian Pemulung*
//... /
/pungut sampah sembari bernyanyi
Dengan syair ratapan hati
Nada membusur asa penyetara,
Jembatan sampah membuka pintu rizki disana. //*
Antologi indah oleh Sukismiati ini layak oleh kita apresiasi.
(Rg Bagus Warsono)