Satu Puisi "Puisi Malam Minggu" Karya : 23 Penyair Indonesia
Anisah Ibu , S Ratman Suras , Warsono Abi Azzam , Khalid Alrasyid , Hendra Sukmawan, Iniratu Kinan , Dyah Nkusuma , Sulistyo, Ence Sumirat , Nurhayati, Ali Oncom Still Alive , Muqtafa Faiz Al Ikhwaniy , Ahmad Z Ujung , L. Nard Christine Leoni Maria , Selamat Said , Sum Irah I, Ria Mi
, Hendri Abu Afrin , Wawan Hamzah Arfan dan Rg Bagus Warsono.
PUISI MALAM MINGGU
Malam Minggu ini bagi orang-orang tua
yang tak punya pengharapan cinta
hanya merenung masa lalu
muda yang tak punya malam minggu
Hanya menghitung bintang
Ditemani sepi
Di pojok sunyi
Ketika matahari tertidur, aku masih terbungkus sunyi
Malam Minggu malam yang agung
Malam yang syahdu
Malam yang ditunggu-tunggu
Ah, mungkin dia belum tahu
asyiknya malam Jum'at
Saat mata enggan berkedip
hilang senja ditelan malam
sabtu pun mengintip nasib
hingga gelisah mengabur di debur waktu
sebab kita abadi menunggu pagi
Malam minggu
Kita berdua tetap setia menunggu
Di sepi yang semakin syahdu
Tanpa celoteh anak-anak yang lucu
Sebab mereka sedang menuntut ilmu
Semoga mereka tak terlena dalam nafsu
Tetap menjaga diri dalam ketaatan padaMu
Malam mingguku, selalu bearti
Ayah ke tempat cucu bersama si putri
Aku mematut kelayakan diri
Apa yang telah terlewati
Apakah almari tak rapi?
Atau kantong bolong perlu sentuhan jemari?
Bahkan perilaku enam hari ini
Adakah hati tersakiti?
Malam minggu
Aku tertidur memimpikan kamu
Menggumulimu di bawah pohon jambu samping sekolah kita dulu
Malam mingguku
Tak ada rindu
Sebab dompet
Positif terpapar corona
Yang kuandalkan modal bercinta
Tak lagi ada kita
Tinggal aku dan kenangan tentang mu
Tanamlah bunga surga sebanyak bulir dzikirku
Tak seperti biasa malam ini penuh harsa
Kusuling rindu berharap temu
Hasrat membuncah bangkitkan gairah
Malam minggu kali tak ingin kelabu
Malam Minggu
Tertabur elixir rindu
Berbaur lunacy sendu
Dikubur berangta syahdu
Dikumur kerangka serayu
Tercakar manticore sunyi
Terbakar obsidian lazuardi
Terdampar rainbow melati
Malam minggu
Aku masih bingung
Memikirkan dan bertanya dalam hati
Apa maksud kerling matamu tadi
Waktu kita duduk satu angkot
sepi itu menikam
malampun semakin purba
lalu dimana kau
yang dulu setia menemani
merangkai bait puisi
menghabiskan malam minggu
berdua denganmu
aku ingin bersulang rindu
malam ini, datanglah
Malam minggu
Aku menunggu
Dalam kegelisahan aku termangu
Katamu
Tak meminta apapun
Mesti hanya rupa rupa bunga
Kau meminta kepastian janji suci
Kau meminta perlindungan saat isolasi
Kau meminta perhatian saat Islamic
Meminta perhatian saat isoman
Dan kau meminta bunga bank membuang kuman
Malam minggu
Malam yang hampa
Tak ada belaian kasihmu kini
Ku mencoba meneropong bintang
Malam penuh bintang berbaur
Dikala malam mulai menghitam
Sepi senyap hanya rong rongan kucing liar yang terdengar
Sesekali kau terperanjat dari semedimu
Malam Mingguku bersama si ragil
Menghabiskan waktu dengan dongeng masa kecil
Lalu menikmati bintang-bintang di langit bukit
Kami menghitung bersama
Di langit tetap sunyi
Suara kecil itu bertanya "Kapan korona pergi, kita bisa mengulangi jalan-jalan beli serabi"
Kukecup bibir mungil
Kukatakan padanya
Mari nikmati langit yang sunyi
Semoga korona tak kerasan di sini
Dan kita bisa pergi sesuka hati
Malam Minggu kami nikmati
Tak lupa bersyukur pada Illahi
Malam mingguku
Hanya bisa duduk memandang wajahmu
Terbaring lesu
Berselimut panas tersembur batuk corona
Betapa mesranya sunyi
Menemani malam mingguku
Bersama puisi.
Nusantara, 1 Agustus 2021