Sastrawan Daerah Merupakan Aset Budaya Bangsa
Budaya daerah dengan bahasa daerah di Tanah Air adalah kekayaan bagi sastrawan Indonesia. Ia adalah sumber inspirasi bagi sastrawan daerah yang mau menggeluti budaya, bahasa dan sastra daerahnya. Era 2000-an adalah saatnya sastra kita mengetengahkan unsur budaya sekaligus bahasa sastra daerah di mana sastrawan itu mau menggali budaya daerahnya.
Keanekaragaman budaya Tanah Air dengan ratusan dielek bahasa merupakan kekayaan dan sumber bahan penulisan sastrawan daerah. Mengapa tidak, bukankan sastra daerah juga adalah sumber tulisan sekaligus sumber rezeki bagi sastrawan daerah.
Otonomi daerah dengan masing-masing kota/kabupaten menghendaki ciri dan keunikannya untuk berusaha mempopulairkan daerahnya serta nilai pariwisata daerah mememerlukan peran sastrawan untuk turut membantu kearah itu. Bererapa hal yang biasa diangkat dalam bentuk tulisan adalah budaya daerah, termasuk sastra dan bahasa daerah. Namun perlu juga diangkat berbagai badaya yang hampir punah atau pun yang telah lama ditinggalkan untuk diangkat kembali.
Banyak sudah yang telah dilakukan oleh sastrawan kita di berbagai daerah untuk mengangkat daerahnya masing-masing, meski kadang berbenturan dengan daerah tetangganya. Namun demikian tak menjadi persoalan dalam hal dunia tulis-menulis ini. Bila memang ada unsur kesamaan maka publik akan mencari kebenaran secara ilmiah.
Sebagai contoh di Jawa Tengah saja terdapat berbagai dialek bahasa dan mungkin mereka (di masing-masing kabupaten kota) mempertahankan pendapatnya sendiri-sendiri. Di Tegal umpamanya, ada bahasa dan budaya Tegalan, Lalu di Banyumas ada Banyumasan, lalu bagaimana dengan kabupaten tetangganya? seperti Brebes dan Pemalang yang berdekatan dengan Tegal, atau Purbalingga, Cilacap dan Banjarnegara yang bertetangga dengan Banyumas? Bukan kah dikota/kabupaten ini juga ingin menunjukan ke-khas-an budayanya.
Lalu di daerah Magetan dan Pacitan, budayanya pun akan lain dengan di Malang atau Surabaya atau di Pasuruan dan Banyuwangi. Setiap daerah berusaha memiliki ciri dan ke-khas-an yang berbeda.
Adalah tugas sastrawan kita untuk mengetengahkan dan mempublikasikan khasanah budaya bangsa itu dan tentu saja mengembangkan sastra daerah.
Jika mahasiswa dari luar negeri melakukan penelitian budaya di suatu tempat di negara kita, bahkan mungkin bukan hanya mahasiswa tetapi peneliti dan didanai mahal oleh negaranya, mengapa kita keduluan langkah.
Padahal sastra daerah kini merupakan bahan bacaan yang menarik untuk minat baca dewasa ini.
Disinilah peran sastrawan daerah untuk dapat melakukan pelestarian budaya dan berusaha mengembangkannya menjadikan khasanah budaya bangsa semakin luas dan memiliki corak dan ragamnya masing-masing. Sastrawan berati telah berbuat penyelamatan aset budaya bangsa. Dan sastrawan yang di setiap daerah ada, perlu mendapat apresiasi dari pemerintah daerah karena juga merupakan aset sumber daya pengembangan budaya bangsa.
(masagus/rg bagus warsono/agus warsono, juli 2013)