Sajak-sajak Cinta **Salimi Ahmad** memaknai hidup di Seribu Cinta Satu Tiada

Sajak-sajak Cinta Salimi Ahmad memaknai hidup di Seribu Cinta Satu Tiada

Tidak mengulas cinta karena cinta tak ada habis-habisnya. Tetapi kisah cinta Perjalanan hidup seorang penyair apalagi menarik tetap sesuatu yang spesial.
Cinta dalam Seribu Cinta Satu Tiada meski dalam bahasa puisi terlihat ketara, melekat sengan penulisnya. Boleh jadi ini antologi yang mengetengahkan sebagian proses kreatif dalam perjalanannya, dan juga mencintai cinta, sesuatu yang menarik untuk dibaca.
Dalam puisi Sepulang Kerja, Salimi menulis di bait akhirnya:

*//di ranjang kami rebahkan mimpi dan penat yang tersisa.
Mengulang romantisme Anak Adam pulang ke surga.//
*
Dari cuplikan ini saja, terlihat puisi ini me gambarkan bukan hanya cinta antar manusia, tetapi Salimi Ahmad mengutarakannya bahwa ia mencintai hidup ini.
Dalam puisi lain Salimi menulis puisi apik yang menawan hati Antara Jalan Braga dan Cikapundang. Berikut penggalan puisinya:

Antara Jalan Braga dan Cikapundang

//Antara jalan Braga dan Cikapundang
Gerimis memainkan gadis manis
Dalam Sajak yang tak pernah ditulis./
/Bayangan pertama seperti cahaya
Berpendaran dari warung ke warung kaki lima
Bayangan kedua menghela yang tak dapat kau lupa
Seperti kendaraanmu menghentikan juga/

/.../
/Dalam tetes gerimis yang rak pernah di tulis
Untuk dua gadis yang kini tertawa manis
Yang dengan sepasang matanya menebak
"Tunggu raut wajahmu kenapa berubah
begitu? "//

Dari puisi di atas terbuka makna Seribu Cinta Satu Tiada. Tetapi cinta bukan segalanya. Maka ditunjukkan doa yang lagi lagi memberi yakin bahwa ia mencintai hidup ini dan juga mencintai cinta.

//Doa
Munkin sejenis buku Tabungan
Yan dititipkan Tuhan kepada waktu
Untuk disimpan.//

(Rg Bagus Warsono)