Putih Atas Biru Di Punggung Langit Penang, Setyo Widodo

Putih Atas Biru Di Punggung Langit Penang, Setyo Widodo

Putih atas biru, awan diatas bumi ini dikala cuaca cerah, secercah harapan penyair antologi Putih Atas Biru Setyo Widodo seorang penyair yang juga dokter kesehatan hewan. Antologi dengan kandungan puisi puisi perjalanan kepenyairan dan perjalanan hidup yang perlu dibagi kisahnya melalui puisi.
Puisi-puisinya seolah riwayat alur sungai Brantas dengan curam nya yang berkelok seolah pemandangan indah yang diuntai dalam jahitan menjadi antologi indah.
Menyelami diri penyairnya dan juga berbagi cerita semua diungkapkan lewat puisi yang kadang sulit ditafsirkan maknanya. Tetapi buku biru ini menarik untuk dibaca peminat sastra karena ternyata banyak sesuatu yang apik dan menjadi asupan pengetahuan dan seni.
Pada akhir antologinya **Setyo Widodo **bertanya Aku Harus Bagaimana jawabnya tentu membaca antologi ini.
Mari kita lihat:

Di Punggung Lanit Penang

//Ini adalah yang terakhir, Penang
Senja membungkuk perlahan
Di punggung bukit dengan tenang
Lalu merinduku kembali entah kapan/

/Ku lipat kembali berlembar kenang
Antara india kecil, kampung
China, Gereja St, george dan hio kelenteng
Sehingga masjid lebuh Achech
Manis di kolom hati mel
abuh/

*/Namun yang mendebarku, penang
Adalah ketika senja merangkak petang
Menaiki bukit bukit bersiul ringan
Berkesan memanggil asma Tuhan. //
*
Dari puisi di atas tampak Setyo Widodo membagi kisah ketika di Penang Malaysia. Bahwa penyair ternyata pandai membopong aoa yang dilihatnya apa yang menjadi pengalamannya dengan uraian kata kata dalam syair yang menawan.
(Rg Bagus Warsono)