Puisi Lahir dari Rahim Empat Anasir, Sejagat Mata Semesta, Buya AL – Banjari
Puisi Lahir dari Rahim Empat Anasir, Sejagat Mata Semesta, Buya AL – Banjari
Satu lagi sastrawan Indonesia dengan nafas religius adalah Buya al Banjari dari Barabay Kalimantan Selatan
Sejagat Mata Semesta dengan 101 puisi religi di dalamnya membuka mata kita bahwa Islam begitu luas membuka ilmu pengetahuan termasuk seni sastra. Telah banyak sastrawan-sastrawan Timur Tengah hingga disebut filsuf pemikir Islam dunia yang dipelajari di seluruh dunia.
Dan Buya al Banjari penyair kira yang mengikuti jejak sastrawan Timur Tengah itu.
Penulis beralasan bahwa sangat jarang antologi tunggal dengan mengkhususkan puisi-puisi religi. Gus Mus saja dalam Negeri Gaging 2002 tidak semua religi tetapi ada diantaranya bertema sosial. Sedang Buya al Banjari mampu menulis puisi sebanyak itu dalam antologi tebal berisi puisi puisi bernafaskan religius.
Lalu apa religius itu? Yaitu kehidupan yang 'dekat dan mendekatkan kepada Sang Pencipta.
Banyak puisi menarik di sini, penulis sengaja mengambil apa itu puisi menurut pandangan Buya al Banjari. Mari kita lihat penggalan puisinya yang menuliskan tentang bagaimana itu puisi dalam kaca mata ulama :
Puisi Lahir dari Empat Anasir
//1).
Ketika puisi dilahirkan dari Rahim anasir sari Pati api
Yang dipancarkan nuktah merah saga
Bergejolak dalam kawah gunung merapi membara
Laharnya menyemburat hitam pekat menelan setiap jengkal
Rasa dendam kesumat
Masihkah kau ingin menghujat tatkala ledakan telah melumat dan menghilangkan segala nikmat/
/.... //
Dari Bait pertama saja Buya al Banjari telah menunjukan kepiawaiannya bersyair. Frasa pilihan dan Bait pembuka menarik untuk terus dibaca, seakan sebuah pesan entah dari mana datangnya, yang dihantarkan oleh Buya al Banjari.
(Rg Bagus Warsono)