Pengakuan_menjadi_seorang_penyair Robert Tom Tirta
No. 018
Pengakuan_menjadi_seorang_penyair
Robert Tom Tirta
Aku sejak SD memang suka membaca. Semua buku bergenre apapun saya baca. Yang terpenting bisa membaca. Entah itu buku pinjaman, buku perpustakaan, maupun nonkrong di tukang-tukang buku loakan. Bisa ada sisa uang ya pinjam buku-buku di taman-taman bacaan yang menyewakan buku.
Mengikuti baca puisi atau deklamasi kulakukan sejak SD. Juara atau tidak bukan masalah bagiku. Menjadi juara memang pernah, tapi hanya sampai tingkat lokal atau intern saja. Yang terpenting bagiku adalah kepuasan batin.
Puisi yang dahulu aku suka adalah puisi dari Chairil Anwar yang berjudul: Aku dan Antara Ketawang Dan Bekasi. Juga puisi-puisi WS. Rendra yang menurutku indah dan panjang-panjang. Akupun sempat ikut Bengkel Teater-nya walau hanya beberapa bulan, Karen takut sekolah SMA-ku terganggu oleh kegiatan berlatih yang terkadang sangat padat. Selain itu aku juga kagum dengan puisi #Mbeling-nya Remy Sylado.
Seielah pensiun dari pendidik, aku mencoba mencermati puisi-puisi yang baik itu bagaimana. Hingga kini aku bingung. Sebagai pendidik mata pelajaran sejarah, sosiologi, dan antropologi, tentu terbiasa menulis apa adanya. Ternyata setelah mengikuti pelatihan menulis dengan Nara sumber antara lain, seperti: Joko Pinurbo (Jokpin), Eka Budianta, Tengsoe Tjahjono, Budi Sardjono, dan sebagainya, ternyata menulis sastra puisi itu tidak gampang. Banyak aturan dan ketentuannya yang satu sama lain berbeda dan membuatku semakin bingung.
Yang terpenting aku sampai sekarang mencoba membuat puisi-puisi dan ku-share di berbagai groups literasi di dunia digital atau dunia maya. Walaupun aku sudah menerbitkan buku Antologi solo (tunggal) #PuSeRik (Puisi Sepuluh Larik) dengan judul: "Kemana Aku Harus Melangkah", aku bukanlah penyair senjati. Aku adalah mantan guru SMA atau pensiunan seorang pendidik.
Solo, 30 Maret 2023
RBM. Sutartomo