Nanang R. Supriyatin
Nanang R. Supriyatin lahir di Jakarta, 6 Agustus 1962. Mengenyam pendidikan SD, SMPN, SMAN di Jakarta. Pendidikan terakhir S1 jurusan Administrasi Negara di Perguruan Tinggi Swasta. Sebelum menjadi Pegawai Negeri Sipil (1985), ia pernah aktif di Studi Sastra PPK Kuningan (1981-1983), bergabung di Teater Murni (1983-1984) dan ikut pentas di Hotel Jayakarta dan TIJA. Ikut bermain dua kali untuk Sinetron Remaja TVRI Pusat. Mendirikan Kelompok Diskusi Sastra Kita, Jakarta (1984) sambil mengelola buletin SIKAP.
Menulis puisi, cerita pendek dan artikel sejak akhir tahun 1979. Karyanya dimuat di media cetak dan media online, seperti Majalah Sastra Horison, Sinar Harapan, Suara Pembaruan, Suara Karya, Berita Buana, Media Indonesia, Prioritas, Pelita, Terbit, Kedaulatan Rakyat, Banjarmasin Pos, Aceh Post, Karya Bhakti, Nusa Bali, Merdeka, Lampung Post, Bandung Post, Jayakarta, Pos Kota, Pos Film, Radar Banyuwangi, Sarinah, Gadis, Hai, Anita Cemerlang, Nona, Wahyu, Elipsis, Semesta Seni, Mutiara Banten dan Sabah360.
Puisi, cerita pendek dan esainya terhimpun dalam antologi bersama: “Antologi Puisi Nusantara” (Samarinda, 1980), “Pendopo Tamansiswa Sebuah Episode” (Yogyakarta, 1982), “Nyanyian Integrasi Bangsa” (Jakarta, 1982), “Empat Melongok Dunia” (Jakarta, 1984), “Sketsa Sastra Indonesia” (Jakarta, 1986), “Mengenang Chairil Anwar" (Lampung, 1986), “Puisi Malam Kemerdekaan” (Jakarta, 1986), “Forum Puisi Indonesia” (Jakarta, 1987), “Antologi Puisi 3 Penyair Jakarta” (Jakarta, 1988), “Antologi Puisi Penyair Jakarta” (Jakarta, 1989), “Menatap Publik” (Jakarta, 1993), “Kebangkitan Indonesia” (Malang, 1994), “Nuansa Hijau” (Bogor, 1995), “Serayu” (Purwokerto, 1995), “Jakarta, Jangan Lagi!” (Magelang, 1995), “Pusaran Waktu” (Jambi, 1995), “Trotoar” (Tangerang, 1996), “Slonding” (Bali, 1998), “Resonansi Indonesia” (Jakarta, 1999), “Datang dari Masa Depan” (Tasikmalaya, 2000), “Jakarta dalam Puisi Mutakhir” (Jakarta, 2000), “Para Penari” (Cerpen, Batu Malang, 2002), “Kota Yang Bernama dan Tak Bernama” (Cerpen, Jakarta, 2003), “Mengenang Bumi Kelahiran” (Cerpen, Jakarta, 2004), “Dari Bumi Lada” (Lampung, 2006), “Nyanyian Hutan Bakau” (Jakarta, 2006), “Equator” (Yogyakarta, 2011), “Dari Sragen Memandang Indonesia” (Sragen, 2012), “Puisi Indonesia ‘87” (Jakarta, 2014), “Metamorfosis” (Jakarta, 2014), “100 Penyair Persahabatan Dua Bangsa” (Bandung, 2015), “Palagan” (Jakarta, 2016), “Dari Sitte ke Kuala Langsa” (Jakarta, 2017), “Hikayat Secangkir Robusta” (Lampung, 2017), “Kutulis Namamu di Batu” (Jakarta, 2018), “Bulu Waktu” (Jakarta, 2018), “A Skyful of Rain” (Banjarbaru, 2018), “Rindu Rendra” (Jakarta, 2019), Tegal Mas Island” (Lampung, 2020), “Corona” (Brebes, 2020), “Tribute to Soni” (Jakarta, 2020), “Antologi Puisi, Cerpen dan Esai Alumni Munsi Menulis” (Jakarta, 2020), “Peradaban Baru Korona, 90 Puisi Wartawan-Penyair” (Jakarta, 2020), “Kristal Kristal Diha” (Jakarta, 2020), “Perempuan Ghirsereng” (Purwokerto, 2020), “Tanah Air Puisi” (Jakarta, 2020), “Jalan Lurus ke Payakumbuh” (Payakumbuh, 2021), “Antologi Puisi Asu” (Garut, 2021), “Kartini Menurut Saya” (Yogyakarta, 2021), “Perempuan Pengantin Puisi dalam Opera Tujuh Purnama” (Jakarta, 2021), “Jakarta dan Betawi” (Jakarta, 2021), “Seribu Tahun Lagi” (Jember, 2021), “Tembang Puisi Bagi Jumari” (Kudus, 2021), “T” (Indramayu, 2021), “Antologi Esai dan Kritik Sastra” (Yogyakarta, 2021), “Plengkung” (Yogyakarta, 2021), Mata Air Air Mata” (Yogyakarta, 2021), “Jejak Puisi Digital” (Jakarta, 2021), “Lomba Cipta Puisi Bengkel Deklamasi” (Jakarta, 2021), “Jejak Waktu (Jakarta, 2022), "Satu Abad Chairil Anwar" (Jakarta, 2022), “Upacara Tanah Puisi” (Jember 2022), “Suara Penyair Mencatat Ingatan” (2022), “Penyair Membaca Pahlawan” (Jakarta, 2022), “Jakarta dan Betawi ke-3,Titimangsa Lahirnya Peradaban Bangsa" (Jakarta, 2022), "Sejuta Puisi untuk Jakarta (Jakarta, 2022), "Kilau Sungai, Lelap Tidurmu" (2022), "Kabut, Hujan dan yang Dikenang" (Padang Panjang, 2022), "Raja Kelana" (Jakarta, 2022, “Larung” (Jakarta, 2023), & "Puisi di Tanah Cahaya" (2023).
Antologi puisi tunggalnya berjudul “Nyanyian Anak Negeri” (foto copy, 1984), “Suara Suara” (Sastra Kita, 1985), “Dunia di Persimpangan Jalan” (1989), “Prosa Pagi Hari” (Agia Media & Sastra Kita, 1995), “Bayangan” (Sastra Kita, 1996), “Apologia” (Teras Budaya, 2014), “Pilihan Kata Serpihan Kata” (Teras Budaya, 2016), “Bibir Dalam Jas Hujan” (Kosa Kata Kita, 2018), “Lagu Pijakan” (Kosa Kata Kita, 2019), “75 Sajak” (Siger Publisher, Februari 2022), “60 Sajak Pilihan” (Hyang Pustaka, Mei 2022), & "65 Sajak Pilihan" (Hyang Pustaka, Oktober 2022).
Penghargaan Sastra: Juara 2 Lomba Cipta Puisi Skh. Sinar Harapan (1982), Harapan 2 Lomba Puisi Spontan Gelanggang Remaja Bulungan (1982), Juara 2 Lomba Cipta Cerita Pendek Skh. Terbit (1983), Juara Harapan 2 Lomba Cipta Puisi Lingkungan Hidup (1994), Juara 2 Lomba Cipta Puisi Biro Informasi Sastra Kalimantan Selatan (1985), Juara 2 Lomba Cipta Puisi Skm. Swadesi (1989), “Penghargaan Puputan Margarana Award, Bali (1989), 10 Besar Anugerah Buku Puisi HPI (2017), 50 Nomine Lomba Cipta Puisi tingkat Asean (2020), 50 Nomine Lomba Cipta Puisi Payakumbuh (2020), Favorit 2 Lomba Cipta Puisi Facebook HPI (2020), 25 Nomine Lomba Cipta Puisi Facebook HPI (2021), Juara 1 Lomba Cipta Puisi Bengkel Deklamasi (2021), Juara 3 Lomba Cipta Puisi Seabad Chairil Anwar (2022), dan salah satu penyair terbaik Lomba Cipta Puisi tentang Jakarta (2022).
Mendapat Anugerah Setyasastra Nagari dari Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia (2021), Sastratama Nagari/ Sastrawan Utama Nagari dari Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia (2022). Antologi puisinya berjudul “60 Sajak Pilihan” bersama 31 antologi puisi lainnya, terpilih sebagai Buku Sastra Utama 2022 versi Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia (2022).