Nama-nama di kliping itu tetap nama-nama yang sekarang ini dipasang di papan nama Jalan

oleh: Rg Bagus Warsono
Membuka puluhan buku kumpulan klipping dari ribuan klipping yang diterima Lumbung Puisi dari seorang kolektor klipping sastra asal Cirebon Wawan Hamzah Arfan menjumpai nama-nama tak asing bagiku. Adalah mereka yang telah 'ditempelkan menjadi nama-nama jalan di kota-kota di Indonesia.
Seakan sebuah kerinduan masa lalu dimasap-masa pemilik nama-nama jalan itu masih muda belia. Betapa dijumpai bahasa mereka ada tetap memberikan ciri tersendiri hingga sekarang dan ada pula yang ditemukan masih terbata-bata tetapi tetap mebertikan ciri suaranya.
Otentiksitas karya mereka adalah proses yang memberi dasar sebagai pondasi terpancang yang kini menjadi gedung-gedung yang menjulang dan mewah. Artinya mereka di masa mudanya dengan karya mereka itu tertanam semen dan besi bertulang yang kuat ditindih bangunan sebesar Hotel Indonesia, Tugu Monas atau bahkan Jembatan Layang.
Jadi sesungguhnya bercipta karya puisi itu adalah proses yang memiliki urutan runtut namun setiap goresan bangunan itu membentuk monumen yang di kemudian hari melekat dengan nama arsiteknya.
Ini baru terhadap klipping-kliping puisi, ternyata tidak ada syair yang basi atau sampah sekalipun, jika itu adalah proses pembangunan yang jujur maka niscaya bangunan itu kokoh dan terlihat hingga sekarang. Seperti Namamu! (rg bagus warsono, kurator sastra di Lumbung Puisi,14-03-21)