Musuh Kedua Penyair
Musuh kedua penyair
Musuh pertama penyair biasanya adalah penguasa ketika karyanya menyinggung mereka. Kritik, melalui sastra di zaman orla/orba disangkanya melawan. Jadilah sastrawan dianggap musuh pemerintah.
Dan siapa musuh kedua?
Musuh kedua adalah teman kita seprofesi. Guru bersaingnya dengan guru lagi, polisi bersaingnya dengan polisi lagi, tentara ya dengan tentara lagi, karyawan sepabrik bersaingnya dengan temannya sendiri. Mengapa? Jawabnya karena tahu "rahasia perusahaan" walau tidak mendetail hanya secara umum saja.
Ketika teman seprofesi guru (misalnya) membeli mobil baru, maka kita yg juga guru (misalnya) merasa panas ati. Panas ati lalu menimbulkan iri, iri menimbulkan syirik, syirik menimbulkan fitnah, dan kurang puas , melakukan kejahatan untuk menjatuhkan.
Adanya hacker yang merusak, nama samaran, dsb itu berasal dari yang iri itu.
Jadi musuh kedua penyair boleh jadi dari teman kita juga (biasanya). Mereka terkadang kurang puas dengan prestasinya sendiri. kurang bersyukur. Suatu ketika teman kita dikontrak jutaan rupiah oleh penerbit, tetap saja iri dengan yang mendapat honor limapuluhribu rupiah hasil menjadi juri lomba baca puisi.
Nah jadi bukannya menuduh, hanya ini kebiasaan budaya hidup di dunia.
Yang paling bagus adalah enjoy saja, biar saja mereka tak suka kita yang penting kita tidak menyakiti mereka. Dan hidup akan menjadi indah.(Rg Bagus Warsono)