Kuburan, Kematian, dan Dewa-Dewa Kejijikan dalam Puisi Pulo Lasman Simanjuntak
MENUJU KUBURAN TANPA KEMATIAN
menuju kuburan
pinggir jalan
tanpa kematian
hanya gelisah
berputar pada otak belakang
amarahku
mengeluarkan darah
di atas ranjang
terdengar suara
para dewa kejijikan
bertengkar keras
ataukah tanpa membawa
pisau belati
sejak pagihari
perkawinan ini
hanya persungutan
sekian tahun
jadi sunyi menahun
ayo, kita bergegas
berangkat tancap gas
berdiri di atas tanah merah
mengangkat matahari
lembut sekali
sehingga kita mengerti
maut dan karakter diri
dapat diselesaikan
dengan rukun persaudaraan
terpisah antar benua
terbang mengerikan
sakit dan penderitaan
diselesaikan
dengan mata uang
Jakarta, Rabu, 1 Januari 2025
Pulo Lasman Simanjuntak, dilahirkan di Surabaya 20 Juni 1961. ratusan karya puisinya telah diterbitkan dalam 7 buku antologi puisi tunggal, dan 35 buku antologi puisi bersama para penyair di seluruh Indonesia.Karya puisinya juga telah diterbitkan ke mancanegara seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Republik Demokratik Timor Leste, Bangladesh, dan India.Sering diundang baca puisi di Pusat Kesenian Jakarta (PKJ) Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, Radio Republik Indonesia (RRI), Cafe Sastra Balai Pustaka, dan sejumlah tempat komunitas sastra di wilayah Jabodetabek.
Karya puisinya berjudul “Menulis Syair Untuk Presiden Episode Dua” dan “Meditasi Batu” telah diciptakan menjadi tembang puitik musik klasik oleh Komponis & Pianis Ananda Sukarlan.
Bekerja sebagai wartawan dan bermukim di Pamulang, Kota Tangerang Selatan-Indonesia