Kenangan Kampung yang Hilang, Nominasi Buku Sastra Nasional 2024

Kenangan Kampung yang Hilang masuk Nominasi Buku Sastra Nasional versi Lumbung Puisi 2024. Buku antologi karya Muhammad Saroni ini berhasil mengangkat tragedi kampung yang hilang di Mojokerto yang nyaris terlewatkan beritanya secara nasional. Tetapi oleh Muhammad Saroni berhasil direkam kejadian itu sebagai kenangan kampung yang hilang di daerahnya. Kepiawaian penyair nengangkat kisah kehidupan dan alam yang dilihatnya menjadi inspirasi puisi-puisi yang syarat dengan makna yang dapat menimbulkan apresiasi pembacanya. Tema yang diusung buku ini menggelitik, mengapa terjadi? Kenapa? Ada apa disana, bagaimana ini?
Kepedihan kesengsaraan dan juga kebanggan bagi yang pernah tinggal, menginjak desa ini atau tahu berada didaerahnya menjadi nilai tersendiri bagi masyarakat di kampung ini. Sebuah seni sastra sekaligus informasi yang sangat berguna bagi pemvacanya. Kenangan Kampung yang Hilang juga sebagai catatan sejarah sebagaimana tertulis dalam pembukaannya bahwa catatan adalah upaya mengikat kisah, dan tidak melupakan kisah sebagai pondasi kehidupan. Muhammad Saroni menuliskan catatan-catatan itu dalam puisi yang indah dan kadang membuat rasa sedih, haru dan kehilangan.
Berikut cuplikan salah satu puisinya:
Seorang Gadis Kecil yang Memeluk Bonekanya
//Seorang gadis kecil memeluk bonekanya
Bibirnya tersenyum, bola matanya berbinar lincah
:Dunia anak memang penuh kegembiraan./
/Gadis kecil itu menggenggam dunia tangannya. Matahari disimpannya dalam binar mata
Sementara bibirnya seperti rembulan
Anak yang menikmati hidupnya/
/walau sesungguhnya telah hilang dunianya.
Hilang teman temannya, hilang tempat bermainnya.
Hilang sekolahnya, hilang rumahnya, hilang kampungnya.
Dikubur lumpur./
/Hanya boneka yang setia dalam peluknya.
.../....//
Demikian cuplikan puisi Muhammad Saroni mencatat peristiwa kampung yang hilang itu.
Kenangan Kampung yang Hilang diterbitkan oleh Ikhtisar Publishing, Jogyakarta 2021. Penyairnya Mohammad Saroni adalah kelahiran Mojokerto 1965. Menamatkan kesarjanaannya di IKIP Surabaya, Penyair ini banyak menulis tentang rakyat kecil. Seperti menulis buku Orang Miskin Harus Sekolah, Orang Miskin Bukan Orang Bodoh, dll.
Selamat!
(Rg Bagus Warsono, Kurator Utama di Lumbung Puisi).