(122) HIDANGAN DI ATAS MEJA KAYU, Naim Emel Prahana

** (122)
HIDANGAN DI ATAS MEJA KAYU
Naim Emel Prahana**

Sejak sore embun menebar kasih sayangnya
membalut setiap bubungan rumah beratap seng
sebelum tidur ibuku berbisik, “pakai selimut ya nak!”
lalu, ia ke luar bilik (a) sambil tersenyum
langkahnya meniti lantai rumah terbuat dari papan
senyap!
Dan, jelang fajar datang bertamu menerpa beranda
ibuku sudah berada di dapur menanak nasi dan sayuran
tangannya cekatan menyusun potongan kayu bakar
diletakkannya di bawah dua beli besi tunggu
asap pun mulai melayang terbang hangatkan suasana
masakan ibu sudah dihidang di atas meja kayu
ibuku adalah wanita satu dari sekian banyak wanita
takkan gentar dihadang kesulitan agar anaknya cepat besar
dengan sarapan nasi putih lauk pauk sayuran rebus, dan
sambal terasi selalu pembeda sarapan di kota
Pesta demokrasi dari waktu ke waktu berlalu
ibuku telah melewatinya dari separuh usia, ia kisahkan
bagaimana janji-janji itu tak sampai di kampungnya
sebab segala macam gizi dan protein diperoleh
dari pinggiran sungai dan kali kecil tumbuh subur
aneka sayuran untuk lauk pauk makanan anaknya
sudah terbiasa!
Rutinitas di rumah kayu beratap seng di kaki pegunungan
jauh beda dengan kebiasan di rumah dekat gedung langit
tak ada protein dan gizi makanan tanpa pembayaran
di kampung, ibuku rajin memetik sayuran pakis, selada
juga banyak kangkung dan pasang bubu ikan hasilnya
telah mengantarkan anaknya ke berbagai ketrampilan
ibuku khawatir anak cucunya jadi malas belajar
karena mimpinya makan bergizi gratis tiap hari, baru sekali
banyak sekali pernyataan petinggi negeri, dan akhirnya suruh
makan ulat pohon sagu dan jangkrik.
Metro, 3 Maret 2025


**Naim Emel Prahana, **lahir di desa Kotadonok, kabupaten Rejanglebong, Bengkulu pada tanggal 13 Desember 1960 dengan nama asli Naimullah. Putra dari seorang petani yang bernama Rahmatsyah ini adalah anak ketiga dari tujuh bersaudara. Naim Emel Prahana lahir di desa Kotadonok, kabupaten Rejanglebong, Bengkulu pada tanggal 13 Desember 1960 dengan nama asli Naimullah. Putra dari seorang petani yang bernama Rahmatsyah ini adalah anak ketiga dari tujuh bersaudara.Penjelajahan Naim Emel Prahana di dunia seni dan budaya membawa langkahnya mengelilingi berbagai Negara di Asia, Eropa, Amerika Latin dan Afrika. Karyanya antara lain 1) Sajak Kaca, antologi bersama empat penyair muda, Yogyakarta, 1984.2) Kasih Tuan, Yogyakarta, 1985. 3) Kembang Malam Kembang Kelam, Metro, 1986.4) Poros, Metro, 1986.Penyair Ini tinggal di Metro Lampung.